XL Topang Pendapatan Induk Usaha, Axiata Group

Jakarta, – Axiata Group memperkirakan pendapatan dan profitabilitas sepanjang tahun ini akan turun karena hambatan ekonomi dan keuangan yang berkelanjutan yang disebabkan oleh pembatasan pergerakan dan pergeseran konsumsi terkait Covid-19 (virus korona). Proyeksi itu didasarkan pada pencapaian sepanjang Q2-2020 yang dipublikasikan perusahaan pada pertengahan pekan ini.

Dalam sebuah pernyataan, Presiden dan CEO Axiata Group Jamaludin Ibrahim memperkirakan pandemi tersebut menurunkan pendapatan operasional sekitar MYR400 juta ($ 95,8 juta) di semester pertama 2020. Ia memperkirakan terdapat penurunan persentase satu digit dalam pendapatan dan EBITDA untuk setahun penuh.

Sekedar diketahui, Axiata Group menarik panduan kinerja setahun penuh pada Mei setiap tahunnya.

“Dampak penuh dari Covid-19 sangat terasa di kuartal kedua, terutama di bulan April ketika pembatasan pergerakan sangat ketat di seluruh pasar kami. Dengan latar belakang itu, kami didorong agar posisi kas perusahaan tetap kuat, sambil terus berupaya melampaui target optimalisasi biaya MYR5 miliar dalam satu tahun, ”kata Ibrahim.

Tercatat laba bersih di Q2 turun 63,7 persen tahun-ke-tahun menjadi MYR80 juta karena biaya depresiasi dan amortisasi yang lebih tinggi dan keuntungan yang lebih rendah.

Pendapatan grup turun 5,9 persen menjadi MYR5,79 miliar karena dampak tindakan penguncian di semua pasarnya. Penurunan pendapatan di seluruh perusahaan yang beroperasi, kecuali XL di Indonesia dan unit infrastruktur edotco.

Penawaran data gratis dan bonus top-up prabayar kepada pelanggan selama kuartal tersebut, membuat kinerja perusahaan cukup terpangkas.

Celcom di Malaysia mencatat penurunan pendapatan 12,7 persen menjadi MYR1,45 miliar dan penurunan laba bersih 31,4 persen menjadi MYR149,6 juta, dikaitkan dengan penutupan gerai ritel dan penawaran data gratis yang diamanatkan pemerintah sebesar 1GB per hari / pelanggan. .

Berbeda dengan Celcom, pertumbuhan Axiata ditopang oleh pendapatan XL di Indonesia meningkat 4,7 persen menjadi MYR1,91 miliar, dan laba bersih tumbuh 52,6 persen menjadi MYR65,6 juta.

Robi di Bangladesh membukukan laba bersih MYR29,4 juta versus kerugian MYR15,8 juta pada Q2 2019, tetapi pendapatan turun 1,7 persen menjadi MYR899 juta.

Pendapatan pada Dialog di Sri Lanka turun 5,9 persen menjadi MYR646 juta, sementara laba bersih naik 10,4 persen menjadi MYR52,8 juta.

Ncell di Nepal mengalami penurunan pendapatan 39,2 persen, dengan laba bersih anjlok 93,2 persen menjadi MYR10,4 juta.

Di Smart in Cambodia, pendapatan tetap di MYR 326 juta, dengan laba bersih naik 2,8 persen menjadi MYR76 juta. Sedangkan pendapatan unit usaha lain, yakni Edotco naik 7,6 persen menjadi MYR469 juta, sementara laba bersih naik 20,4 persen menjadi MYR575 juta.

Terima kasih telah membaca artikel

XL Topang Pendapatan Induk Usaha, Axiata Group