WHO Beri Alert Kasus Kanker Nanjak Terus, Jenis Ini Terbanyak Ditemukan

Jakarta

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan ada 20 juta kasus kanker dan 9,7 juta kematian akibat kanker di 2022. Tren tersebut merupakan beban besar bagi negara khususnya negara berkembang.

Sekitar satu dari lima orang mengidap kanker dalam hidup mereka menurut laporan Badan Internasional untuk Penelitian Kanker atau International Agency for Research on Cancer (IARC). Dalam pernyataan yang sama, satu dari sembilan pria dan satu dari 12 wanita juga dilaporkan meninggal karena penyakit tersebut.

“Ancaman kanker bervariasi tergantung di mana pasien tinggal,” kata IARC, dikutip dari Reuters, Jumat (2/2/2024).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Laporan dua tahun terakhir mereka menemukan fakta baru berdasarkan analisis data di 185 negara dengan 36 penyakit kanker.

Misalnya, di negara-negara paling maju, satu dari 12 wanita mengidap kanker payudara seumur hidup mereka, tetapi hanya satu dari 71 wanita yang meninggal karenanya.

Sementara di negara-negara dengan indeks pembangunan manusia yang lebih rendah, satu dari 27 perempuan terkena kanker payudara, sebagian karena populasinya cenderung lebih muda, tetapi juga karena rendahnya paparan terhadap faktor risiko seperti kelebihan berat badan. Di sisi lain, ditemukan satu dari 48 perempuan meninggal.

Perempuan di negara-negara ini lebih kecil kemungkinannya untuk terdiagnosis kanker pada stadium awal, sehingga mereka memiliki risiko lebih tinggi untuk meninggal akibat penyakit ini karena keterlambatan diagnosis. Artinya, tidak memadainya akses terhadap pengobatan berkualitas, berperan besar.

Isabelle Soerjomataram, wakil kepala cabang pengawasan kanker IARC mengatakan berbagai jenis kanker kini semakin mempengaruhi populasi seiring dengan perubahan gaya hidup.

Misalnya, kanker kolorektal yang saat ini menduduki peringkat ketiga sebagai kanker terbanyak dan peringkat kedua dalam hal kematian. Kanker kolorektal terutama terkait dengan faktor usia dan gaya hidup seperti obesitas, serta kebiasaan merokok, sampai penggunaan alkohol.

Namun, kanker paru-paru juga kembali muncul sebagai kanker paling umum dan penyebab utama kematian, dengan 2,5 juta kasus baru dan 1,8 juta kematian setiap tahunnya. IARC mengatakan hal ini mungkin terkait dengan penggunaan tembakau yang terus-menerus di Asia.

Meskipun pembatasan terkait dengan pandemi COVID berdampak pada diagnosis dan perawatan kanker, data sejauh ini, terutama dari negara-negara berpenghasilan tinggi saja menunjukkan dampak minimal terhadap kelangsungan hidup.

IARC mengatakan kemungkinan akan ada peningkatan kasus sebesar 77 persen pada 2050, menjadi 35 juta, seiring dengan bertambahnya populasi dan bertambahnya usia. Namun dampaknya tidak merata, di negara-negara miskin, kasus akan meningkat sebesar 142 persen dan angka kematian akan berlipat ganda.

Terima kasih telah membaca artikel

WHO Beri Alert Kasus Kanker Nanjak Terus, Jenis Ini Terbanyak Ditemukan