Jakarta –

Kanker serviks merupakan jenis kanker kedua terbanyak di dunia bagi perempuan. Kanker ini berkembang di leher rahim dan kebanyakan disebabkan oleh infeksi dari beberapa jenis human papillomavirus (HPV).

Di Indonesia, data Globocan 2021 mencatat terdapat 36.633 kasus kanker serviks dengan angka kematian terus meningkat. Angka ini pun menimbulkan kekhawatiran, terlebih karena kanker serviks baru menunjukkan gejalanya 15 sampai 20 tahun sejak pertama terpapar.

Meski begitu, spesialis dermatologi venereologi, dr Amelia Setiawati Soebyanto, SpDV menyebut bahwa kanker serviks bisa disembuhkan jika segera ditangani sejak dini.

“Lebih besar [kemungkinan sembuh] kalau dideteksi dini. Jadi nggak harus sampai diangkat rahimnya karena kalau diangkat rahimnya kan nanti kita nggak punya anak,” ungkapnya, Selasa (23/5/2023).

“Kalau masih di stadium dini mungkin diambil dikit aja atau diradiasi seperti kanker kebanyakan dia akan sembuh, tapi tetap dengan observasi ketat karena dia bisa aja kambuh pas imunnya turun,” lanjutnya.

Deteksi dini dapat dilakukan jika merasa ada sesuatu yang tidak nyaman atau muncul tonjolan-tonjolan kecil di area vagina. Cara mengeceknya adalah dengan bercermin ketika mandi.

“Itu memang kita sarankan untuk bercermin sendiri. Jadi di kamar mandi bercermin sendiri dari bawah gitu kan jadi kelihatan, atau mungkin di foto ya jaman sekarang kan lebih oke. Di foto jadi biar dilihat lagi itu ada apa nggak dan dibandingkan. Normal vagina itu memang agak berjonjot-jonjot, tapi itu berbeda dengan kutil,” jelas dr Amelia.

Kanker serviks bisa dicegah dengan melakukan vaksinasi HPV. Vaksinasi ini terbukti dapat menurunkan kejadian kanker pada 81 sampai 88 persen perempuan. Selain itu, menerapkan gaya hidup sehat, seperti tidak merokok, menjaga kebersihan vagina, dan tidak bergonta-ganti pasangan juga dapat membantu mencegah timbulnya penyakit ini.