Tragedi Ledakan Lebanon, Negara Non-Muslim Terbesar di Timur Tengah

Beberapa waktu lalu, Kota Beirut di Lebanon rata dengan tanah setelah terjadi ledakan tragis pada Selasa (4/8). Dikutip dari AFP, ledakan dahsyat itu terjadi dari reaksi Amonium Nitrat di sebuah gudang amunisi yang disita oleh pemerintah Lebanon. Hingga Sabtu (8/8), jumlah korban tewas mencapai 154 orang dan 120 orang kritis di rumah sakit. Pemerintah pun mengumumkan Rabu (5/8) sebagai hari berkabung nasional.

Lebanon yang sudah terpuruk karena permasalahan ekonomi dan kisruh politik semakin terperosok jauh kedalam kekacauan. Ada risiko kurang pangan parah karena Lebanon mengimpor sekitar 85 persen makanannya, dimana pelabuhan yang meledak kemarin menjadi titik akses utamanya. Meskipun bukan termasuk ledakan nuklir, namun dampaknya terbilang sangat parah dengan radius mencapai 10 km dari pusat ledakan.

Jauh sebelum adanya pandemi Covid-19, Lebanon sudah berada diambang kehancuran. Negara kecil yang menjadi basis non-muslim terbesar di Timur Tengah ini telah terperangkap selama 15 tahun dalam perang yang terus menggerus perekonomiannya. Resesi telah terjadi sejak 2018 hingga 2019. Pound Lebanon jatuh ke titik terendah. Belum lagi ricuh politik yang semakin mengantarkan Lebanon ke jurang kehancuran.

Negara Non-Muslim di Timur Tengah

Lebanon terletak diantara Suriah dan Israel di Mediterania. Luas negara ini memang tidak besar, hanya 3.900 mil persegi atau 10.000 kilometer persegi. Lebanon relatif liberal meski berada diantara negara-negara yang cukup konservatif. Namun peran agama tetap dianggap penting. Dahulu Lebanon didominasi oleh umat Kristen, namun saat ini proporsi antara muslim dan Kristen di Lebanon memiliki porsi yang sama.

Berdirinya Lebanon awalnya bertujuan untuk membentuk sebuah negara Arab yang mayoritas warga negaranya menganut Kristen. Dalam pakta nasional kemerdekaan tahun 1943, presiden Lebanon haruslah seorang Kristen Maronit. Namun karena seringkali terjadi perang saudara, lalu banyak yang memilih emigrasi. Yang awalnya umat Kristen mayoritas di Lebanon kini menjadi kaum Minoritas.

Tidak heran banyak situs suci dan monumen yang berkaitan erat dengan agama Kristen di Lebanon. Seperti Kota Maghdoucheh yang diyakini sebagai tempat Bunda Maria menunggu Yesus saat berkhotbah di Sidon. Ada juga patung Bunda Maria di Ghosta Lebanon yang dapat berotasi dan memutar setiap pukul 15.00. Meskipun sekarang didominasi oleh umat muslim, situs suci dan monumen Kristen tersebut tidak dihancurkan.

Tragedi Ledakan Lebanon, Negara Non-Muslim Terbesar di Timur Tengah

Pusat Perbankan Timur Tengah

Lebanon dahulu merupakan negara yang makmur dan pernah menjadi pusat perbankan di Timur Tengah. Masyarakatnya juga dianggap sebagai yang paling terdidik dan modern. Namun setelah terjadi perang saudara, Lebanon menjadi negara yang lemah dan rawan akan gesekan antar agama. Perang saudara melanda Lebanon sejak 1975 dan 1990. Bahkan sempat berada di bawah dominasi Suriah selama beberapa dekade.

Lembaga politik di Lebanon telah lumpuh karena perselisiha antara kubu pro-Suriah dan anti-Suriah. Tahun 2013, gerakan syiah Hizbullah perang melawan rezim Presiden Suriah Bashar Al-Assad yang semakin memecah negara itu. Saat ini, Lebanon terbagi atas dua faksi politik, yaitu aliansi 8 Maret yang dipimpin Hizbullah dan 14 Maret yang dipimpin dari Sunni. Pertikaian dua faksi ini sering menyebabkan kebuntuan politik.

Situasi semakin buruk, Lebanon berpotensi menjadi medan perang antara dua kekuatan besar Iran dan Arab Saudi. Maret 2020, Pemerintah Lebanon secara terbuka mengumumkan bahwa mereka telah gagal membayar hutang. Data dari Standard and Poor’s (S&P), hutang Lebanon menembus angka US$92 miliar atau hampir 170 persen dari produk domestik bruto. Ini menjadikan Lebanon negara dengan rasio hutang tertinggi di dunia.

Terima kasih telah membaca artikel

Tragedi Ledakan Lebanon, Negara Non-Muslim Terbesar di Timur Tengah