Tes Saliva untuk Deteksi COVID-19, Seberapa Akurat? Ini Kata Dokter

Jakarta –
Di tengah kasus COVID-19 yang melonjak di Indonesia, sebagian orang semakin intens dalam menjaga kesehatan agar tidak terinfeksi virus Corona. Seperti dengan menerapkan protokol kesehatan hingga rutin melakukan tes COVID-19.
Selain tes PCR dan antigen, tes COVID-19 dengan saliva atau air liur juga dipercaya bisa mendeteksi keberadaan virus di dalam tubuh. Masalahnya, apa tes itu cukup efektif?
Menurut dokter spesialis paru di RS Nasional Diponegoro (RSND) Semarang, dr Meita Hendrianingtyas, SpPK, MSi, Med, tes saliva atau tes COVID-19 dengan air liur ini memang mudah. Tetapi, sejauh ini hasilnya masih kurang memuaskan untuk mendeteksi virus.
“Kalau uji COVID-19 dengan saliva itu memang paling mudah, yaitu dengan meludah kemudian kita diagnosis. Tapi, tidak semudah itu,” kata dr Meita dalam diskusi daring di YouTube IDI Kota Semarang, yang dikutip detikcom pada Rabu (30/6/2021).
dr Meita mengatakan saliva yang memiliki jumlah virus yang banyak biasanya terdapat di tenggorokan atau nasofaring. Tetapi, jika di saliva saja mungkin tidak banyak virusnya.
“Jika di saliva, mungkin tidak banyak virusnya. Istilahnya shedding virus maksudnya (partikel) virusnya itu tidak sampai ke saliva. Jadi salivanya saja yang diambil, tetapi virusnya nggak sampai di sana,” jelas dr Meita.
Hasil penelitian di luar negeri, lanjut dr Meita, juga masih kurang memuaskan. Namun, saat ini tes saliva ini masih terus dikembangkan di beberapa institusi, misalnya seperti di Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro (Undip), RSUP Dr Kariadi Semarang, dan RSND yang bekerja sama dengan PT Bio Farma.
Selain tes saliva, ketiga institusi tersebut juga tengah meneliti tes dengan sampel gargle. Untuk mendapatkan sampelnya, peserta akan diminta untuk berkumur hingga ke tenggorokan.
“Nah kalau misalnya gitu (gargle), mungkin bisa agak banyak virusnya karena kan sampai ke tenggorokan,” imbuhnya.
“Tapi, kalau untuk saliva saja sejauh ini belum memuaskan sih hasilnya. Berarti nanti masih banyak false negatifnya atau negatif palsunya,” pungkasnya.