Ternyata Ini Penyebab Angka Kematian COVID-19 RI Lebih Tinggi dari Dunia

Jakarta –
Persentase kematian akibat COVID-19 di Indonesia lebih tinggi dari angka kematian global. Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia (Menko PMK RI), Muhadjir Effendy menyebut hal itu terjadi karena beberapa faktor.
“Jadi kalau kematian tinggi itu, pertama disebabkan oleh kedisiplinan pasien. Misalnya apa ketika sudah parah baru masuk rumah sakit? Kemudian kedua, cepat tidaknya rumah sakit berikan pelayanan. Walaupun pasiennya sudah cepat ke rumah sakit tapi pelayananya lambat itu juga akan menimbulkan risiko kematian. Kemudian yang ketiga, tingkat kerentanan mereka yang menderita komorbid,” kata Muhadjir kepada detikcom di sela peresmian Gedung Radioterapi, Kemoterapi dan Isolasi terpadu di RS PKU Muhammadiyah Gombong pada Selasa (3/11/2020).
Muhadjir menambahkan, kematian pasien COVID-19 itu disebabkan karena adanya komorbid atau penyakit penyerta. Untuk menekan angka kematian tersebut, pihaknya menyarankan agar warga yang memiliki penyakit kronis bawaan agar diamankan. Selain itu, fasilitas kesehatan juga perlu ditingkatkan.
“Karena 99 persen yang meninggal karena COVID-19 ini sebetulnya bukan COVID asli, tapi komorbidnya yang dipicu oleh COVID. Oleh karena itu dalam rangka menekan angka kematian itu, orang-orang yang punya penyakit kronis yang sudah bawaan terutama yang sensitif terhadap ancaman COVID ini supaya betul-betul diamankan. Termasuk ini, penyediaan fasilitas layanan kesehatan sebaik-baiknya itu yang kita upayakan,” lanjutnya.
Diketahui, angka kematian karena COVID-19 di Indonesia lebih tinggi dari angka kematian global yakni sebesar 3,38 persen, sementara angka kematian global saat ini sebesar 2,59 persen. Meski demikian, angka kasus lebih rendah dan tingkat kesembuhan pasien COVID-19 lebih tinggi.
“Update terakhir sekitar 3,5 persen di atas rata-rata internasional. Kalau yang lain tidak, angka tingkat kesembuhan lebih tinggi angka kasus lebih rendah. Ini yang harus kita atasi termasuk tingkat kematian tenaga medis ini kita juga masih tergolong tinggi, sudah di atas 130 tenaga dokter belum lagi tenaga perawat. Saya wanti-wanti betul para dokter dan perawat jangan sembrono dengan SOP karena mereka berada pada kepadatan virus yang tinggi, potensinya besar sekali,” pungkasnya.