Ternyata ‘Harga Jual’ Data Pribadi Ramah Di Kantong

Jakarta, – Nilai jual data pribadi yang dicuri melalui pasar gelap, ternyata cukup murah bahkan para peneliti keamanan siber dari Kaspersky, berujar akses menuju data sensitif seperti rekam medis atau informasi identifikasi dibandrol sangat murah
Vladislav Tushkanov, pakar keamanan privasi Kaspersky, melalui keterangannya yang diterima menjelaskan, melalui penelitian terbarunya bersama tim, akses ke data pribadi dapat dimulai dari harga jugal sekitar $50 (USD) atau sekitar Rp700.000 untuk sebuah kartu identitas. “Tapi harga itu tergantung dari seberapa jauh detail data itu yang ditawarkan,” jelasnya, Senin (7/12).
Kemudian beberapa informasi pribadi masih tetap diminati hampir satu dekade terakhir, terutama data kartu kredit, akses perbankan dan layanan pembayaran elektronik, dengan harga yang masing-masing tidak berubah dalam beberapa tahun terakhir.
“Dan bebeberapa jenis data baru kini mulai bermunculan sekaligus diminati, seperti catatan medis pribadi dan selfie dengan dokumen identifikasi pribadi, yang biayanya dapat mencapai hingga $40 (USD) atau sekitar Rp.500.000an,” ungkapnya.
Baca juga: Progres RUU PDP, Data Orientasi Seksual Tidak Diatur
Hal yang musti menjadi perhatian dalam penelitian ini, ialah pertumbuhan skema serangan melalui data bocor yang menampilkan foto dengan dokumen di tangan. Maraknya serangan ini mencerminkan tren serangan cybergood, yaitu penyalahgunaan data untuk menggunakan layanan yang dimiliki korban berdasarkan identitasnya. “Penyalahgunaan data ini berpotensi menimbulkan konsekuensi cukup signifikan, seperti pengambilan nama atau penggunaan layanan yang korban miliki secara bebas,” terang Vladislav.
Baca juga: Kominfo: RUU PDP Diusulkan Atur Batas Usia Anak ‘Main’ Medsos
Konsekuensi penyalahgunaan jenis data pribadi lainnya juga signifikan. Data yang dijual di pasar gelap dapat digunakan untuk pemerasan, eksekusi penipuan dan skema phishing, hingga pencurian uang secara langsung. Jenis data tertentu, seperti akses ke akun pribadi atau database kata sandi, dapat disalahgunakan tidak hanya untuk keuntungan finansial, tetapi juga untuk kerugian reputasi dan jenis kerusakan sosial lainnya, termasuk doxing atau penyebaran data pribadi secara luas hingga merusak ranah privat.
“Ini semua tentang memahami konsekuensi dan risiko potensial dan bersiap yang tepat untuk itu. Tindakan terbaik terkait data Anda adalah: ketahui apa yang mereka ketahui, hapus apa yang Anda bisa, dan kendalikan informasi tentang Anda secara online. Sesederhana itu, namun tetap membutuhkan usaha,” tandasnya.