Terapi Plasma Disebut Tak Efektif Tekan Kematian COVID-19, Ini Hasil Studinya

Jakarta –
Studi baru menemukan terapi plasma darah yang sebelumnya menjadi salah satu opsi untuk pengobatan COVID-19 tak efektif mencegah keparahan penyakit atau mengurangi risiko kematian pasien.
Studi yang dimuat dalam jurnal BMJ menunjukkan bahwa efektivitas dari terapi plasma darah sangat terbatas.
Studi ini mengikutsertakan sekitar 464 pasien COVID-19 bergejala sedang di India. Sebanyak 253 pasien di antaranya dipilih secara acak untuk menerima perawatan plasma darah. Sementara 229 pasien lainnya hanya mendapatkan perawatan standar.
Hasilnya, plasma darah hanya ditemukan memperbaiki gejala kelelahan dan sesak napas. Namun, terapi tersebut tidak bisa mengatasi gejala demam dan batuk pada pasien. Hal ini bisa dilihat dari jumlah pasien yang membutuhkan ventilator, yang tidak jauh berbeda antara kedua kelompok.
Selain itu, peneliti juga menemukan bahwa terapi plasma darah tidak terlalu efektif menekan risiko kematian pasien pada kedua kelompok. Angka kematian pasien pada kelompok plasma darah (15 persen) justru lebih besar daripada pada kelompok non-plasma darah (14 persen).
Meski demikian, studi ini memiliki beberapa keterbatasan. Perlu dibutuhkan lebih banyak penelitian lagi untuk menentukan apakah temuan serupa akan muncul pada kelompok pasien yang lebih besar.
Mengomentari hasil studi tersebut, ahli epidemiologi Martin Landray mengatakan bahwa uji coba yang dilakukan di India tersebut terlalu kecil untuk memberikan jawaban yang jelas.
“Percobaan yang lebih besar diperlukan untuk hasil yang lebih jelas,” kata Landray.
Terapi ini dilakukan dengan menggunakan plasma darah yang diambil dari penyintas COVID-19. Antibodi dalam plasma darah diklaim dapat membantu respons imun untuk melawan penyakit pada pasien yang masih dinyatakan positif.