Studi Sebut Anak-anak Berpotensi Jadi Silent Spreaders COVID-19

Jakarta –
Sampai hari ini, para peneliti masih terus meneliti dan mempelajari lebih lanjut tentang penularan, penyebaran, dan cara mengatasi virus Corona. Tak hanya pada orang dewasa, virus ini pun mengintai kalangan anak-anak dari segala usia.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dampak kematian pada anak-anak akibat COVID-19 ‘sangat terbatas’, sesuai dengan bukti yang ada. Selain itu, anak-anak mungkin tidak terlalu rentan terhadap virus tersebut, dibandingkan dengan orang dewasa.
Pada beberapa penelitian dan studi kasus, meski anak-anak masih bisa terpapar virus mereka jarang menunjukkan gejala atau komplikasi parah dari penyakit tersebut.
Tetapi, jumlah virus atau viral load yang dibawa anak-anak yang terinfeksi itu bisa lebih tinggi dibandingkan pada orang dewasa. Menurut penelitian baru di Amerika Serikat, anak-anak mungkin bisa menjadi ‘silent spreaders’ dari infeksi yang sangat menular ini.
Berdasarkan studi yang dilakukan para peneliti di Massachusetts General Hospital dan Mass General Hospital menemukan bahwa dari 192 anak, 49 di antaranya dinyatakan positif terinfeksi virus Corona. Mereka juga memiliki jumlah virus atau viral load yang lebih besar pada saluran pernapasannya.
Kondisi ini berbanding terbalik dengan orang-orang dewasa yang dirawat di Intensive Care Units khusus untuk pengobatan COVID-19. Temuan ini pun sudah dipublikasikan di Journal of Pediatrics.
Penelitian tersebut melibatkan pasien anak-anak positif COVID-19 yang telah menunjukkan gejala yang berusia antara 0-22 tahun. Beberapa dari mereka terinfeksi Corona karena tertular oleh pasien positif COVID-19 lainnya.
“Saya terkejut dengan tingginya tingkat virus yang kami temukan pada anak-anak dari berbagai kalangan usia, terutama dalam dua hari pertama infeksi,” kata Dr Lael Yonker, penulis utama studi tersebut yang dikutip dari Times of India, Jumat (21/8/2020).
“Saya tidak menyangka viral load virusnya begitu tinggi. Kita terlalu memikirkan tindakan pencegahan untuk merawat pasien dewasa yang sakit parah, sementara anak-anak yang dikira ‘sehat’ ternyata memiliki viral load yang tinggi,” lanjutnya.
“Kita tidak boleh mengabaikan anak-anak yang berpotensi menyebarkan virus ini,” kata penulis senior pada penelitian ini. Dr Alessio Fasano.
Para peneliti juga menemukan dari 49 anak yang positif COVID-19, setengahnya ternyata tidak mengalami gejala demam.
Adanya penelitian ini bisa dijadikan pertimbangan untuk mulai membuka kembali sekolah, penitipan anak, dan lembaga pendidikan lainnya. Hal ini bisa saja memicu gelombang pandemi dan semakin menyebarkan virus Corona ke banyak orang di sekitarnya.