Shopee Affiliates Program

Strategi Negara Asia ‘Jor-joran’ Dongkrak Populasi, Seberapa Ampuh?

Jakarta

Negara-negara di Asia seperti China, Jepang, dan Korea Selatan tengah dihadapkan oleh krisis populasi. Hal ini disebabkan oleh penurunan angka kelahiran yang signifikan.

Sebagai contohnya adalah China yang mengalami penyusutan jumlah populasi untuk pertama kalinya dalam 60 tahun terakhir. Pada tahun 2022, jumlah populasi China menurun sebanyak 850 ribu jiwa dari tahun sebelumnya.

Korea Selatan juga memiliki masalah populasi karena angka kelahiran di negara tersebut menjadi salah satu yang terendah di dunia. Pemerintah Korea Selatan bahkan rela menggelontorkan anggaran hingga Rp 2.986 triliun dalam 16 tahun terakhir untuk meningkatkan jumlah populasi.


Tak berbeda jauh dengan Korea Selatan, pemerintah Jepang juga menaikkan anggaran untuk kebijakan peningkatan jumlah kelahiran. Angka kelahiran di Jepang pada tahun 2022 hanya mencapai kurang 800 ribu kelahiran dalam setahun.

Anggaran yang dikeluarkan negara-negara Asia tersebut digunakan untuk insentif pada orang tua, subsidi pendidikan, insentif pajak, hingga perpanjangan cuti orang tua.

Walau sudah ‘mati-matian’ mengeluarkan dana dengan jumlah besar, data menunjukkan bahwa upaya tersebut hanya berdampak kecil pada usaha peningkatan populasi. Kementerian Keuangan Jepang telah menerbitkan bahwa kebijakan tersebut gagal.

“Kami tahu dari sejarah bahwa jenis kebijakan yang kami sebut rekayasa demografis di mana mereka mencoba mendorong perempuan untuk memiliki lebih banyak bayi, mereka tidak berhasil,” ucap Alanna Armitage dari United Nations Population Fund (UNFPA) dikutip dari BBC, Jumat (19/5/2023).

“Kita perlu memahami faktor penentu yang mendasari mengapa perempuan tidak memiliki anak, dan seringkali ketidakmampuan perempuan untuk menggabungkan kehidupan kerja mereka dengan kehidupan keluarga mereka,” sambungnya.

Bila dibandingkan dengan Asia, negara-negara Skandinavia memiliki kebijakan soal kesuburan yang lebih baik. Salah satu penyebabnya adalah kesetaraan gender yang lebih baik.

“Alasan utamanya adalah karena mereka memiliki sistem kesejahteraan yang baik dan biaya membesarkan anak lebih murah. Kesetaraan gender mereka juga jauh lebih berimbang dibanding negara-negara Asia,” ucap peneliti senior Universitas Victoria Xiujian Peng.

Terima kasih telah membaca artikel

Strategi Negara Asia ‘Jor-joran’ Dongkrak Populasi, Seberapa Ampuh?