Jakarta –

Artis Artis Vanessa Angel dan suaminya tewas dalam kecelakaan mobil pada Kamis (4/11/2021), di jalan tol Nganjuk, Jawa Timur. Mobil yang ditumpangi Vanessa menabrak pembatas kiri ruas tol, diduga karena sang sopir mengantuk .

“Benar telah terjadi laka lantas tunggal di tol Jakarta arah Surabaya pada pukul 12.36 WIB lokasi di KM 672+400A. Penumpang MD atas nama Febri Andriansyah dan Vanessa Adzania,” kata Kabid Humas Polda Jatim Kombes Gatot Repli Handoko di Surabaya, Kamis (4/11/2021).

Kelelahan berkendara memang diketahui jadi salah satu faktor umum pemicu kecelakaan lalu lintas (lakalantas). Studi yang dilakukan oleh Virginia Tech Transportation menyebut bahwa faktor kelelahan jadi penyebab sekitar 20 persen kasus kecelakaan.

Studi menyebut gejala yang dihadapi pengemudi dengan kelelahan adalah kelopak mata menutup, kepala mengangguk-angguk, sulit menggerakkan otot wajah, dan microsleep.

Selain mengantuk, setidaknya ada empat hal lain yang menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga bisa jadi faktor risiko umum lakalantas:

1. Mengebut

WHO mengatakan berkendara dengan kecepatan tinggi bisa meningkatkan risiko terjadi kecelakaan sekaligus tingkat keparahannya. Dijelaskan setiap 1 persen peningkatan kecepatan di atas rata-rata, risiko kecelakaan fatal bisa meningkat sampai 4 persen.

2. Dalam pengaruh zat

Berkendara dalam pengaruh zat, seperti mabuk karena alkohol, narkoba, atau obat-obatan lainnya juga bisa jadi pemicu lakalantas. Peningkatan risiko kecelakaan ini bervariasi tergantung tingkat pengaruh zat pada pengemudi.

“Sebagai contoh, risiko kecelakaan fatal bisa meningkat sampai lima kali lipat pada pengemudi yang mengonsumsi amfetamin dibandingkan dengan yang tidak,” ungkap WHO.

3. Terdistraksi

Beberapa sumber menyebut distraksi atau mengalihkan perhatian saat berkendara merupakan penyebab paling umum kecelakaan. Sumber distraksi ini bisa bermacam-macam, misalnya menggunakan gawai atau perangkat lain saat berkendara.

“Menggunakan telepon saat mengemudi memperlambat waktu reaksi (terutama waktu reaksi pengereman atau reaksi terhadap sinyal lalu lintas), dan menyulitkan untuk tetap berada di jalur serta menjaga jarak yang benar,” kata WHO.

(fds/up)