Singkirkan Huawei, KPN Belanda Tunjuk Ericsson Bangun Jaringan Inti 5G

Jakarta, – Operator Belanda KPN akhirnya menunjuk Ericsson untuk membangun jaringan inti (core) 5G, menggantikan Huawei. Dalam keterangan resminya, operator terbesar di negeri keju tulip itu, mengincar efisiensi energi dan kemampuan untuk melayani sektor-sektor baru dengan lebih baik seperti mengemudi otonom.
KPN mencatat pemasangan inti barunya akan dimulai akhir tahun ini, dengan peralatan lama akan dihentikan secara bertahap. Pengujian jaringan core baru telah diselesaikan, setelah penandatanganan perjanjian awal sebelumnya.
Operator mulai menawarkan 5G non-mandiri (non stand alone) kepada konsumen pada Juli 2020 dan telah melakukan sejumlah penerapan uji coba profil tinggi di sektor industri, termasuk proyek dengan raksasa bahan bakar Royal Dutch Shell.
Pembangunan jaringan core baru akan membuka peluang untuk menyebarkan pemotongan jaringan dan bergerak menuju 5G mandiri penuh, tambah KPN.
Dalam sebuah pernyataan, Ericsson mengatakan kesepakatan itu dibangun di atas sejarah 100 tahun antara kedua organisasi tersebut. Kesepatan tersebut mencakup pengiriman “perangkat lunak inti 5G mode ganda dengan layanan dukungan penuh, termasuk program integrasi sistem yang menyertai layanan dukungan lini ketiga”.
Perjanjian tersebut berlangsung selama lima tahun, namun nilai kesepakatan dari kontrak tersebut tidak diungkapkan. Keputusan KPN tentang vendor intinya mengikuti jaminan yang dibuat pada tahun 2019 akan menggunakan “pemasok barat” untuk jaringan tersebut.
Pada saat itu, KPN sesungguhnya sudah menandatangani kontrak dengan Huawei yang sedang dalam proses pengalihan untuk peralatan RAN, meskipun perjanjian tersebut bergantung pada vendor yang tidak dilarang oleh pihak berwenang.
Penunjukkan Ericsson oleh KPN menambah kesengsaraan Huawei di Eropa, namun menguntungkan pesaingnya, seperti Nokia dan Ericsson. Hingga saat ini, vendor asal China itu sudah dikeluarkan dari pembangunan jaringan 5G oleh sejumlah negara di benua biru itu, seperti Inggris, Perancis, Luksemburg, dan Belgia.
Dua negara lain, yakni Polandia dan Jerman, tengah merancang aturan baru yang mengharuskan operator menerapkan standar keamanan yang ditingkatkan untuk bagian-bagian penting dari jaringan mereka. Kriteria untuk menilai risiko penyedia peralatan telekomunikasi bersifat politis dan mungkin ditujukan untuk mengecualikan Huawei dari mengembangkan jaringan 5G negara itu.
Tak dapat dipungkiri, gencarnya kampanye oleh AS yang menuding peralatan Huawei dapat digunakan oleh China untuk memata-matai, telah menekan negara-negara di Eropa untuk melarang perusahaan tersebut.