Siasat Kemenkes saat Banyak Warga +62 Juga Cari Obat Murah ke Malaysia

Jakarta

Singapura menyoroti fenomena marak warga berbondong-bondong ke Malaysia demi mengantongi obat dengan harga lebih murah. Bahkan, perbandingan harganya di kisaran kurang lebih 50 persen.

Penyebabnya diyakini persaingan apotek di Malaysia lebih ‘sengit’.

“Terkadang di jalan yang sama, Anda akan menemukan setidaknya tiga hingga empat apotek,” kata redaktur pelaksana MIMS Healthcare Data.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Mereka bisa dari jaringan besar (atau) bisa dari apotek perorangan. Ketika persaingan sangat ketat, apotek akan menurunkan harga hanya untuk memastikan pelanggan datang kembali.”

Fenomena semacam ini juga terjadi di Indonesia. Hal ini sempat diutarakan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin soal tren jastip, yang juga tidak hanya fokus dengan barang-barang seperti tas atau sepatu, obat-obatan juga banjir peminat.

Harga sejumlah obat di Indonesia juga dilaporkan lebih mahal ketimbang di Malaysia. Hal ini juga berkaitan dengan harga impor, kemandirian produksi obat dan alat kesehatan di Indonesia masih jauh dari kata ideal.

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes RI dr Siti Nadia Tarmizi menyebut pemerintah saat ini tengah mengupayakan peningkatan produksi dalam negeri terutama untuk obat-obatan yang banyak dipakai.

“Kita terus berusaha untuk meningkatkan produksi dalam negeri terutama obat obat yg memang banyak digunakan masyarakat,” beber dia saat dihubungi detikcom Selasa (13/2/2024).

Adapun obat yang banyak dikonsumsi tersebut termasuk paracetamol, clopidogrel, amlodipine, hingga omeprazole.

Terima kasih telah membaca artikel

Siasat Kemenkes saat Banyak Warga +62 Juga Cari Obat Murah ke Malaysia