Sentimen Ronaldo pada Cola-Cola Masih ‘Panas’, Seburuk Apa Efek Soda?

Jakarta –
Baru-baru ini, pesepakbola Cristiano Ronaldo jadi perbincangan panas karena menggeser minuman suguhan sponsor Coca-Cola di hadapan kamera Euro 2020. Meski disebut bikin Coca-Cola merugi 4 juta dolar, bintang Portugis yang memang gamblang soal gaya hidup sehat ini justru menuai pujian.
Namun di samping ramainya pujian, sentimen berat CR pada minuman soda diduga menuai sindiran. Pemain asal Italia, Manuel Locatelli ikut-ikutan menggeser Coca-Cola di tengah konferensi pers Euro 2020.
“CR sendiri terkenal dengan gaya hidup sehatnya benar-benar strict sehat, healthy food, dijaga asupannya. Tindakan seperti ini malah bisa menjadi warning untuk orang-orang, oh ini berarti produk minuman kemasan tersebut sebaiknya tidak dikonsumsi,” terang dokter spesialis gizi klinik, dr Diana Suganda, SpGK pada detikcom, Kamis (17/6/2021).
“Itu kan mereka lagi konferensi pers. Kalau dari saya, kurang setuju dengan menaruh produk di meja. Lebih bagus adalah mungkin banner saja di belakang, standing banner atau backdrop,” lanjutnya.
dr Diana menjelaskan, minuman berkarbonasi seperti minuman soda botolan ini memang tidak disarankan. Pertama dilihat dari kandungan gizi, sebotol minuman soda 390 ml mengandung gula hampir 3 sendok makan. Sementara, kebutuhan gula orang dewasa per hari adalah 4 sendok makan.
“Berarti kalau kita menghabiskan 1 botol cola, sudah mencukupi 75 persen kebutuhan gula harian. Belum dari makanan, belum dari produk-produk dan bahan makanan lainnya. Itu bisa menyebabkan konsumsi gula kita berlebihan,” ujarnya.
“1 botol itu sudah konsumsi hampir 200-250 kalori. Daripada hanya makan gula, mending kalau saya sih 250 kalori makan karbohidrat, nasi dengan lauk pauk,” imbuhnya.
Ia mengingatkan, produk soda ‘zero sugar’ memang bisa jadi pilihan. Namun, produk tersebut tetap mengandung pemanis buatan sehingga konsumsi terlalu sering juga tidak disarankan.
Jika sedang benar-benar menginginkan minuman manis seperti soda, dr Diana menyarankan agar konsumsinya dibatasi. Misalnya, seminggu sekali atau 2 minggu sekali.