Semempan Apa Vaksin Sinovac Terhadap Varian Delta? Ini Klaim Penelitinya

Jakarta –
Varian Delta atau sebelumnya biasa disebut B1617.2 yang pertama kali ditemukan di India disebut-sebut lebih mudah menular. Sempat dikhawatirkan memiliki kemampuan ‘kabur’ dari vaksin, sejumlah pihak meyakini vaksin masih mampu meminimalkan gejala dan risiko kematian akibat varian ini.
Salah satunya, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh pengembang vaksin Corona asal China, Sinovac.
China hingga kini belum memberikan kepastian perihal tingkat efektivitas vaksin Sinovac terhadap infeksi akibat varian Delta, baik melalui data uji klinis atau penggunaan di dunia nyata. Namun para ahli tetap mendesak masyarakat untuk disuntik vaksin Sinovac sesegera mungkin.
Pasalnya, ahli epidemiologi Zhong Nanshan menjelaskan bahwa sejauh ini, peneliti menemukan bahwa vaksin Sinovac setidaknya mampu mengurangi risiko kasus simtomatik atau gejala parah pada pasien COVID-19 akibat varian Delta.
Lainnya dikutip dari Reuters, juru bicara Sinovac Liu Pei Cheng menjelaskan bahwa berdasarkan sampel darah dari para penerima vaksin Sinovac, dampak varian Delta berhasil dikurangi hingga 3 kali lipat.
Menurutnya, dua dosis vaksin Sinovac menimbulkan reaksi antibodi terhadap varian Delta. Namun, Liu belum memberikan data rinci terkait persentase efikasi.
Sebagai komparasi, studi oleh Public Health England (PHE) pada Mei lalu menemukan, 2 dosis vaksin Pfizer 88 persen efektif menekan gejala berat akibat infeksi varian Delta.
Sedangkan 2 dosis vaksin AstraZeneca disebut 60 persen efektif mencegah gejala berat akibat infeksi varian Delta.