Sekolah Tatap Muka Bikin Remaja Cemas-Stres, Jadi Nggak ‘Happy’

Jakarta

Happy Mental Health Day! Hari Kesehatan Mental Sedunia diperingati setiap tanggal 10 Oktober. Dikutip dari situs Kementerian Kesehatan Indonesia, tema yang diangkat tahun 2021 adalah Mental Health in an Unequal World atau Kesetaraan dalam Kesehatan Jiwa untuk Semua.

Makna dari tema tersebut adalah mendorong semua negara dalam menyediakan lebih banyak akses untuk melayani masalah mental. Hal ini bertujuan untuk menjaga mental maupun fisik tetap sehat.

Momen ini selalu diperingati setiap tahunnya sejak 1992 untuk memberi edukasi kepada masyarakat seputar isu kesehatan mental. Pada peringatan tahun ini, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan bahwa pandemi COVID-19 sangat berdampak terhadap masalah mental.

Masalah mental ini juga dirasakan langsung oleh anak-anak dan remaja. Dokter spesialis ilmu kesehatan jiwa di Rumah Sakit Universitas Indonesia, dr Fransiska Kaligis, SpKJ (K), mengatakan bahwa penutupan sekolah dan karantina mandiri dapat meningkatkan risiko kecemasan dan kesepian. Akibatnya dapat mengganggu pola kesehariannya.

Selain itu, mulai dibukanya pembelajaran tatap muka ini juga menyebabkan beberapa remaja mengalami stres, kesepian, cemas, atau masih berduka karena kehilangan anggota keluarganya akibat COVID-19.

“Untuk itu memang peran guru dan staf di sekolah penting dalam proses transisi dari kegiatan belajar virtual ke tatap muka,” ungkap dr Fransiska dalam webinar, pada Selasa (12/10/2021).


Terima kasih telah membaca artikel

Sekolah Tatap Muka Bikin Remaja Cemas-Stres, Jadi Nggak ‘Happy’