Sekilas Mirip, Ini Beda Gejala Cacar Monyet Vs Cacar Air dan Campak

Jakarta –
Penyakit cacar monyet atau Mpox di Indonesia belakangan ini bikin geger. Tercatat hingga saat ini sudah ada 7 kasus cacar monyet yang terjadi di Indonesia. Juru bicara Kementerian Kesehatan RI dr Mohammad Syahril melaporkan, semua pasien cacar monyet yang terinfeksi berasal dari wilayah DKI Jakarta.
“Iya jadi per hari ini ada tambahan empat kasus baru ya, jadi totalnya 7 orang,” ujar dr Syahril saat dihubungi detikcom, Sabtu (21/10).
Ia mewanti-wanti masyarakat untuk tetap waspada terhadap penularan virus cacar monyet. Hal tersebut dapat dilakukan salah satunya dengan memerhatikan gejala seperti lenting dan lesi yang muncul pada pasien. Lantas, bagaimana membedakan gejalanya dengan cacar air dan campak?
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Praktisi kesehatan spesialis dermatologi, venereologi, dan estetika dokter Ni Luh Putu Pitawati, menjelaskan, cacar monyet biasanya ditandai dengan gejala berupa demam dengan suhu tubuh lebih dari 38 derajat celcius. Kemudian muncul ruam di beberapa daerah tubuh setelah satu sampai tiga hari.
“Pada cacar air, demam hingga 39 derajat celcius dengan ruam setelah nol sampai dua hari. Sedangkan campak, demam tinggi hingga 40,5 derajat celcius dengan ruam setelah dua sampai empat hari,” katanya, dikutip dari webinar Pusat Infeksi Nasional RSPI Sulianti Saroso dan Kementerian Kesehatan RI, Minggu (22/10/2023).
Menurutnya jenis ruam gejala cacar monyet, cacar air, dan campak berbeda. Pada cacar monyet, ruam yang muncul bisa berupa makula (lesi rata dengan warna berbeda dan ukuran hingga 0,5 cm) dan papula (lesi padat dan timbul dengan ukuran hingga 0,5 cm), vesikel (lesi bintik dengan cairan), pustula (lesi mirip luka lepuh berisi nanah), dan krusta (kerak mengering pada luka).
Selain itu, cacar monyet juga menimbulkan jenis ruam yang sama di seluruh anggota tubuh pada fase akut (0-5 hari pertama) maupun fase erupsi (1-3 hari setelah timbul demam).
Sedangkan pada cacar air, ruam hanya berbentuk makula, papula, dan vesikel pada berbagai fase.
“Kemudian, pada campak, jenis ruam merupakan ruam non-vesikel di berbagai fase,” kata Putu.
Putu juga mengemukakan adanya perbedaan yang signifikan pada perkembangan ruam akibat cacar monyet, cacar air, dan campak. Pengidap cacar monyet biasanya mengalami perkembangan ruam secara lambat (3-4 minggu). Sedangkan pada pengidap cacar air dan campak perkembangan ruam terhitung cepat, terjadi dalam hitungan hari.
Tak hanya itu, Putu juga menjelaskan ketiga penyakit itu pun menimbulkan distribusi ruam yang berbeda. Pada cacar monyet, distribusi ruam berawal dari kepala, lebih padat di wajah dan anggota badan, serta muncul pula pada telapak tangan dan kaki.
Adapun pada cacar air, ia melanjutkan, distribusi ruam dimulai dari kepala, padat di tubuh, dan tidak muncul pada telapak tangan dan kaki.
“Pada penyakit campak, distribusi ruam dimulai di kepala dan menyebar ke bawah dan dapat mencapai tangan dan kaki,” katanya.
Selain itu, Putu memaparkan ‘penampakan’ khas dari masing-masing penyakit. Cacar monyet memiliki penampakan limfadenopati (pembengkakan kelenjar getah bening), cacar air memiliki ruam yang gatal, serta campak memiliki koplik spots, bintik putih yang muncul pada area mulut.
baca juga