Satgas COVID-19 Siapkan Rencana Tracing Lewat 1.494 Tracer Terlatih

Jakarta –
Setelah Idul Fitri, Ketua Bidang Data & IT Satgas Penangan COVID-19, Dewi Nur Aisyah mencatat adanya kenaikan kasus aktif hingga 8,792 kasus pada pekan terakhir. Hingga Minggu (30/5), tercatat jumlah kasus aktif nasional mencapai 101.639 kasus dan kematian sebanyak 50.404 orang. Meskipun demikian, Dewi menyebut Indonesia sempat mengalami kasus penurunan selama 14 minggu hingga -42,5% dari puncak pada 5 Februari 2021 dengan 176.672 kasua.
“Berdasarkan data pada 30 Mei 2021, bahwa jumlah kasus aktif kita saat ini mencapai 101.639 atau setara 5.60%. Kemudian pada pekan terakhir kita saat ini telah mengalami peningkatan jumlah kasus aktif sebesar 8,792 kasus,” ujarnya dalam Rapat Koordinasi Satgas COVID-19 Nasional, Senin (31/5/2021).
Dewi juga menyampaikan terdapat 17 provinsi dengan tren kenaikan kasus positif yang didominasi oleh Pulau Jawa dan Sumatera. Sedangkan, 16 provinsi lainnya mengalami penurunan kasus aktif dan satu provinsi dengan persentase tetap.
“Jadi kalau kita lihat dalam 1 minggu terakhir terdapat 17 provinsi dengan tren kenaikan kasus aktif. Ini yang harus diwaspadai. Dalam 1 minggu terakhir terdapat penambahan 40,821 penambahan kasus positif nasional. Di mana trennya Pulau Jawa masih menjadi penyumbang kasus tertinggi dengan kontribusi sekitar 61% dari total nasional, diikuti dengan pulau Sumatera sekitar 24%,” paparnya.
Oleh karena itu, Dewi menyarankan beberapa antisipasi antara lain monitoring data evaluasi terkait data kasus daerah secara rutin dan persiapan ketersediaan SDM rumah sakit alat kesehatan, obat dan tempat isolasi mandiri.
Di samping itu, perlu juga dilakukan pemantauan terhadap penerapan protokol kesehatan dan pembatasan mobilitas, serta peningkatan pemeriksaan dan tracing. Terkait tracing, Ketua Bidang Penanganan Kesehatan Satgas Penanganan COVID-19, dr. Alexander K. Ginting menyampaikan rencana pemantapan tracing melalui tracer terlatih. Terlebih, menurut Alex, peningkatan 3T (Testing, Tracing, Treatment) mendukung keberhasilan program PPKM Mikro.
“Seperti diketahui bahwa PPKM Mikro telah dilaksanakan dan kemudian ini sudah dilakukan evaluasi. PPKM Mikro ini dapat berhasil kalau ada beberapa poin yang harus menjadi tugas bersama dan tugas pokok, yaitu peningkatan 3T, zona isolasi, dan sekaligus bagaimana masyarakat melaksanakan 3M,” paparnya.
Soal penerapan tracing, Alex menjelaskan bahwa kontak tracing belum mencapai sesuai dengan kriteria yang ada. Padahal, menurut Alex, tracing dan testing menjadi hal yang perlu ditingkatkan dalam penanganan COVID-19.
“Kontak tracing belum mencapai sesuai kriteria dengan yang ada dan juga kasus kematian tetap tinggi. Selanjutnya positivity rate turun, tetapi kapasitas testing belum bisa sebagaimana yang diharapkan. Padahal testing dan tracing menjadi idola utama di dalam melaksanakan PPKM Skala Mikro. Jadi tetsing dan kontak tracing ini tidak boleh turun” paparnya.
Alex juga menyebutkan bahwa jumlah kasus kematian dan kasus konfirmasi belum sesuai dengan rasio jumlah yang diperiksa. Oleh karena itu, tracing dan penerapan zona isolasi perlu dilakukan dalam mempercepat penanggulangan COVID-19
“Kalau kita mau cepat penanggulangan (COVID-19), tingkatkan tracing, tingkatkan kontak tracing dan lakukan zona isolasi. Ini adalah 3 hal yang perlu dilaksanakan sehingga penanggulangan bisa cepat dan kemudian angka epidemiologi bisa melandai,” jelasnya.
Terkait penerapan tracing, Alex mengungkapkan pihaknya telah menyiapkan para tracer terlatih di beberapa provinsi. Bahkan, ia menyebut seluruh pengelolaannya telah dikoordinasikan oleh dinas kesehatan di kabupaten dan kota.
“Kapasitas tracer dan data manager ini sudah dilatih dari sejak bulan November dan Desember. Dan kemudian ini sudah melibatkan beberapa provinsi, pelatihan ini telah dilakukan di 15 provinsi, 62 kabupaten/kota, ada 1.494 tenaga surveilans. Ini semua pengelolaannya harus di bawah koordinasi dinas kesehatan kabupaten dan kota. Jadi, mereka adalah SDM yang telah dilatih dan harus digunakan oleh dinas kesehatan kabupaten dan kota,” paparnya.
Guna memantapkan tracing ini, pihaknya pun telah menyiapkan rencana percepatan tracing. Pertama, dilakukan mobilisasi tracer data manager setempat pada wilayah terdampak berat. Dalam hal ini, para tracer akan ditugaskan selama 1 bulan.
“Misalnya seperti Kota Kudus kalau mereka kekurangan tracer dan data manager ini bisa dimobilisasi karena kita ada SDM-nya. Atau di Kota Medan, tiga kecamatan lockdown, perlu tracer dan data maka ini bisa dimobilisasi,” jelasnya.
Kedua, mobilisasi testing kit untuk membantu percepatan diagnostic suspek dan kontak erat. Ketiga, penguatan kapasitas pemantauan. Keempat, persiapan containment RT terdampak berat untuk implementasi PPKM Mikro.
“Kelima adalah bantuan containment di mana di situ harus disiapkan isolasi dan karantina bagi wilayah terdampak berat,” ungkapnya.
Sementara itu, Ketua Satgas Penanganan COVID-19 Letjen TNI Ganip Warsito juga mendukung pihak terkait untuk memperkuat pelaksanaan 3T. Ia juga mengingatkan agar seluruh pihak menerapkan protokol kesehatan.
“Tegakkan prokes sesuai aturan dan ketentuan yang berlaku tanpa toleransi. Penerapan protokol karantina, penerapan 3M tidak ada tawar menawar karena ini adalah kunci dalam kita mengendalikan COVID-19,” katanya.
“Laksanakan penguatan untuk 3T dengan memanfaatkan input evaluasi penguatan kapasitas 3T. Kalau kita bisa melakukan ini sampai ke tingkat daerah Insyaallah COVID-19 bisa kita kendalikan dengan baik,” pungkasnya.