Saat Petugas Pemakaman Mogok Kerja karena Jenazah COVID-19 Terus Bertambah

Jakarta –
Para petugas pemakaman di Spanyol melakukan aksi mogok kerja, hal ini dikarenakan untuk menuntut penambahan staf karena jumlah kematian akibat COVID-19 terus meningkat.
Serikat pekerja mengatakan, penambahan tenaga kerja dibutuhkan untuk mencegah terjadinya penundaan penguburan jenazah seperti yang terjadi pada gelombang pertama pandemi pada bulan Maret lalu.
Eropa saat ini sedang bergelut dengan gelombang kedua menyusul jumlah kasus dan kematian yang terus meningkat. Sehingga sejumlah negara memberlakukan langkah-langkah baru seperti menetapkan jam malam dan karantina wilayah sebagai upaya untuk menurunkan angka penularan.
Para pekerja di rumah duka seluruh Spanyol mengambil bagian dalam mogok kerja pada Minggu (01/11/2020). Aksi ini bertepatan pada All Saints Day, saat keluarga berziarah ke makam para kerabat yang sudah meninggal.
Salah satu rumah duka di Madrid mengatakan kepada kantor berita AFP, bahwa dibutuhkan sekitar 15 hingga 20 pekerja untuk menangani lonjakan kematian. Pada Jumat (30/10/2020) lalu, Menteri Kesehatan mengkonfirmasi kematian 239 akibat infeksi virus Corona.
Pada Maret, penguburan jenazah mengalami penundaan sekitar satu Minggu dan kremasi dilakukan di kota-kota yang jauhnya ratusan kilometer, karena rumah duka berjuang untuk memenuhi banyaknya permintaan.
Spanyol mencatat lebih dari 1,1 juta kasus positif COVID-19 dan 35.800 jumlah kematian sejak awal wabah terjadi, berdasarkan data Universitas Johns Hopkins.
Meskipun terdapat saran dokter melarang untuk melayat, namun parade pembukaan peti mati di kerumunan di katedral Ortodoks Serbia di ibu kota Podgorica tetap berlangsung. Sejumlah pelayat bahkan menyentuh atau mencium kening dan tangan dari jenazah tersebut.
Mereka khawatir bahwa proses pemakaman ini akan membuat tingkat infeksi di negara – sudah tertinggi di Eropa- bahwa terburuk.