Riset: Tingkat Adopsi E-Wallet Dalam Negeri Tumbuh Pesat

Jakarta, – Studi riset digital dari Neurosensum mengungkapkan pengguna dompet digital atau e-wallet mengalami lonjakan drastis.
Dalam survei partisipan riset Neurosensum tercatat penetrasi tertinggi ada pada Shopepay (68%), diikuti oleh OVO (62%), Dana (54%), GoPay (53%), dan LinkAja (23%). “Hal menarik yang kami temukan adalah sekitar 44 persen pengguna baru mulai menggunakan e-wallet pada tahun 2020 yang mana setelah pandemi Covid-19 merebak,” ujar Managing Director Neurosensum Indonesia, Mahesh Agarwal Selasa (2/3).
Hasil riset Neurosensum menemukan bahwa dalam tiga bulan terakhir, arena persaingan dompet digital semakin dinamis dengan hadirnya pemain baru, Mahesh juga melihat bahwa setiap tahunnya ada e-wallet baru yang diluncurkan sehingga membuat pasar dompet digital sangat kompetitif di Indonesia.
Baca juga: Kolaborasi E-commerce dan Fintech Genjot Ekosistem Digital di Tengah Pandemi
Dirinya melanjutkan sebelum terjadinya pandemi penggunaan dompet digital selama 3 sampai lima tahun hanya berkisar 10 persen, sampai dengan tiga tahun terakhir pengguna dompet digital mencapai 45 persen. Namun pada tahun 2020, hanya kurang dari setahun, terjadi lonjakan drastis dalam persentase pengguna e-wallet yakni sekitar 44 persen.
“Ini merupakan trend yang sangat menarik, dan kemungkinan pertumbuhan pengguna e-wallet di Indonesia akan semakin meningkat ke depannya,” kata Mahesh.
Tika Widyaningtyas, Research Manager Neurosensum Indonesia yang juga hadir dalam acara tersebut, menambahkan hal menarik lainnya adalah ternyata ketika belanja daring, lebih banyak orang yang menggunakan e-wallet, ketimbang rekening bank.
Baca juga: Pengguna iPhone Sekarang Bisa Membayar Dengan Bitcoin Untuk Belanja Online
Yang berdasarkan catatan surveinya e-wallet menjadi metode pembayaran yang paling banyak digunakan ketika masyarakat Indonesia melakukan belanja online yakni sekitar 88 persen akhir-akhir ini.
Sedangkan metode pembayaran transfer bank atau bank account tercatat sekitar 72 persen, kemudian metode pembayaran cash on delivery 47 persen dan diikuti pembayaran lewat supermarket/minimarket sekitar 32 persen.
Sementara itu metode pembayaran kartu debit tercatat sekitar 23 persen dan kartu kredit sekitar 11 persen ketika masyarakat melakukan belanja online.