Pilu Bumil di Palestina Dilarang Keluar Rumah hingga Anak di Kandungan Tewas

Jakarta

Seperti penjara, demikian situasi di Hebron, Palestina, saat Israel memegang kendali penuh setiap warga di sana. Sekitar 35 ribu warga Palestina ‘dilockdown’, mereka terancam ditembak jika didapati keluar dari rumah.

Tentara Israel dan pemukim bersenjata berseragam militer berpatroli di jalan-jalan dan menjaga atap rumah warga, mewaspadai pergerakan apa pun dari rumah-rumah warga Palestina. Keluarga-keluarga Palestina yang terkepung menggambarkan kondisi saat mereka diserang, kehilangan pasokan sumber daya, layanan penting, dan mata pencaharian mereka juga terputus.

Banyak warga tidak diperbolehkan mendapatkan perawatan medis. Pembatasan pergerakan yang ketat membuat mereka bahkan tidak bisa mendapatkan layanan dasar saat benar-benar membutuhkannya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Klinik kesehatan keliling Doctors Without Borders ditutup dan klinik lokal di Tel Rumeida tidak dapat dijangkau penduduk meskipun klinik tersebut masih beroperasi. Warga Palestina mengalami keadaan darurat medis menghadapi aparat keamanan yang sama sekali tidak tergerak oleh kebutuhan mereka.

Di lingkungan Jaber, seorang wanita Palestina yang sedang hamil terbangun pada pukul 5 pagi karena merasa kesakitan luar biasa. Menurut ibu perempuan tersebut dan seorang teman keluarganya, tentara yang ditempatkan di luar rumah mereka menolak mengizinkannya pergi selama beberapa jam.

Sekitar pukul 11.00 malam waktu setempat, mereka berhasil berangkat dengan mobil pribadi. Dokter di rumah sakit menemukan perdarahan internal dan sayangnya bayi di dalam kandungan telah meninggal.

Dalam kasus lain, seorang perempuan memerlukan suntikan di klinik yang hanya berjarak 20 meter dari rumahnya. Meskipun ada upaya koordinasi sebelumnya, senjata diarahkan ke dirinya ketika dia mencoba meninggalkan rumah. Meskipun ada desakan dari para profesional medis, seorang tentara di tempat kejadian memutuskan bahwa suntikan tersebut dapat ditunda hingga hari berikutnya.

Menurut anggota keluarga Jabari, anggota keluarga lainnya yang terluka saat bekerja menunggu ambulans selama tiga setengah jam tertahan karena pembatasan. Pada akhirnya, kerabat mereka harus membawanya ke pos pemeriksaan terdekat, sehingga cedera kakinya semakin parah.

“Keputusan sedang dibuat mengenai apa yang secara medis mendesak atau tidak, dilakukan oleh tentara cadangan yang kurang terlatih,” kata seorang pekerja kemanusiaan di daerah tersebut. “Ini benar-benar tidak nyata.”

Terima kasih telah membaca artikel

Pilu Bumil di Palestina Dilarang Keluar Rumah hingga Anak di Kandungan Tewas