Petaka ‘Herd Stupidity’ di RI Bikin Varian Baru Corona Menyebar ke Mana-mana

Jakarta –
Petaka herd stupidity yang pertama kali diutarakan pakar epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM UI) Pandu Riono jadi sorotan publik. Istilah herd stupidity dijelaskan Pandu sebagai hasil dari sikap abai masyarakat pasca mudik Lebaran hingga kebijakan pemerintah yang tak ketat dan konsisten.
Sebenarnya, alarm lonjakan kasus COVID-19 pasca mudik Lebaran sudah bisa terlihat dalam laporan Kudus, Jawa Tengah. Kata dia, tingginya kasus Corona di Kudus mulanya tak jadi perhatian bersama sehingga sumber penularan Corona terus meluas hingga ke ibu kota DKI Jakarta.
“Setelah 2 minggu (pasca mudik Lebaran) belum ada kenaikan yang cukup drastis walaupun sudah ada kasus di Kudus,Bangkalan dan sebagainya. Dianggap ah itu kecil, padahal sumber penularan berikutnya karena kejadian di Kudus tidak diatasi,Bangkalan juga sampai sekarang masih menjadi masalah,” jelas Pandu dalam Blak-blakan detikcom Rabu (23/6/2021).
Pada akhirnya, menurut Pandu, varian baru Corona yang ditemukan di Kudus juga menyebar ke DKI Jakarta karena ada perjalanan mudik. DKI Jakarta sendiri mencatat ketiga varian Corona yang diwaspadai dunia karena lebih mudah menular dan memicu gejala COVID-19 lebih berat.
Berdasarkan catatan Kementerian Kesehatan per 13 Juni lalu, varian Corona Alpha tercatat 24 kasus, varian Corona beta 4 kasus, dan varian Corona Delta menurut laporan Balitbangkes terbaru sudah mencapai 57 kasus.
“Pada akhirnya pulang mudik ke Jakarta, Jakarta sekarang yang luar biasa tinggi kasusnya karena varian ngumpul. Semua varian ada, dan tidak heran sekarang kewalahan Jakarta,” kata dia.
“Dan ketika itulah saya berpikir ini kok nggak ada yang peduli sih nggak ada yang mengerti, ini sih bukan herd immunity, ini herd stupidity, karena kebodohan kita, maunya herd immunity yang didapat herd stupidity,” pungkasnya.