Persiapkan Merger XL dengan Smartfren, Begini Kinerja dan Pertumbuhan Axiata Group

– Raksasa telekomunikasi Malaysia Axiata Group, tengah bersiap menggabungkan unit usahanya di Indonesia, XL dengan Smarrtfren.

CEO Axiata Group Vivek Sood memaparkan optimisme Axiata soal proses merger XL dan Smartfren. Menurutnya, proses merger selalu membutuhkan waktu agar kedua pihak bisa saling mengenali calon mitranya.

“Kami masih harus membicarakan detail soal pihak terkait dalam hal struktur kerja, nilai, sinergi, dan lain-lain,” kata Sood seperti Selular lansir dari The Star, Jumat (31/5/2024).

“Ini fase yang sedang dilalui, termasuk due diligence mempersiapkan struktur organisasi,” sambungnya.

Di tengah proses penggabungan itu, Grup Axiata melaporkan kinerja yang cukup memuaskan di tengah disrupsi yang melanda industri telekomunikasi global.

Kelompok usaha terkemuka dari negeri Jiran itu, mencatat pertumbuhan pendapatan dua digit pada kuartal pembukaan 2024.

Pencapaian itu idorong oleh kinerja yang kuat di sebagian besar perusahaan yang beroperasi, sementara laba turun karena biaya valuta asing dan keuangan yang lebih tinggi.

CEO Grup dan MD Vivek Sood mencatat dalam sebuah pernyataan bahwa perusahaan memenuhi target pendapatannya dan “mencapai peningkatan signifikan dalam laba operasional”.

Meski mampu mempertahankan pertumbuhan, Vivek menambahkan bahwa pihaknya tetap berhati-hati mengenai prospek makro ekonomi.

Baca Juga: Merger XL Axiata dengan Smartfren, Axiata Bocorkan Jadwalnya

Laba bersih turun 18,7 persen tahun-ke-tahun menjadi MRY60 juta ($12,7 juta), terpukul oleh lonjakan biaya valuta asing sepuluh kali lipat menjadi MYR196,6 juta dan biaya keuangan yang lebih tinggi 18 persen menjadi MRY602 juta.

Dalam nilai mata uang konstan, PATAMI atau indikator keuangan laba setelah pajak dan kepentingan minoritas, tumbuh lebih dari 100 persen menjadi MYR141,7 juta.

Meskipun terjadi penurunan laba, hasil ini mengikuti kerugian tahun-ke-tahun selama tiga kuartal berturut-turut.

Total pendapatan tumbuh 13,3 persen menjadi MYR5,7 miliar, didorong oleh pertumbuhan di semua unit kecuali operasi fixed broadband di Indonesia, Link Net.

Laba bersih unit selular XL di Indonesia meningkat dua kali lipat menjadi MYR167 juta, dengan pendapatan meningkat 17,2 persen menjadi MYR2,4 miliar seiring dengan membaiknya ARPU.

Pendapatan Robi di Bangladesh tumbuh 11,2 persen menjadi MYR1,1 miliar, didorong oleh pendapatan data yang lebih tinggi dari prabayar; laba bersih juga meningkat dua kali lipat menjadi MYR45,9 juta.

Anak usaha lain, yaitu Dialog di Sri Lanka mencatat peningkatan pendapatan sebesar 4,7 persen menjadi MYR652,9 juta, terutama disebabkan oleh apresiasi mata uang lokal, namun laba bersih turun 61,4 persen menjadi MYR41,8 juta karena penurunan keuntungan valas dan biaya keuangan yang lebih tinggi .

Pendapatan unit Smart di Kamboja naik 19,1 persen menjadi MYR472,6 juta, sementara laba bersih naik 23,7 persen menjadi MYR132,4 juta.

Perusahaan menara Axiata, Edotco, membukukan pertumbuhan pendapatan sebesar 7,2 persen menjadi MYR613,4 juta namun mencatat kerugian bersih sebesar MYR40,8 juta karena beban yang lebih tinggi dan kerugian nilai tukar mata uang.

Pendapatan Link Net turun 2,1 persen menjadi MYR275,5 juta, terutama disebabkan oleh penurunan pendapatan perusahaan.

Perusahaan fixed broadband  terkemuka di Indonesia itu, membukukan kerugian sebesar MYR33,1 juta, disebabkan oleh depresiasi dan amortisasi yang lebih tinggi serta biaya keuangan untuk mendukung perluasan jaringan.

Baca Juga: Kominfo Ungkap Nasib XL Axiata dan Smartfren Jika Merger

Terima kasih telah membaca artikel

Persiapkan Merger XL dengan Smartfren, Begini Kinerja dan Pertumbuhan Axiata Group