Penting! Kenali Gejala Stroke Lebih Awal dengan ‘SeGeRa Ke RS’

Jakarta –
Stroke menjadi salah satu penyakit mematikan tertinggi di Indonesia. Bahkan, saat ini stroke bukan hanya mengancam para lansia saja melainkan juga generasi muda.
Dokter Spesialis Saraf Konsultan dr Jusuf Misbach menjelaskan saat ini tercatat sebanyak 5% jumlah penderita stroke dialami oleh anak muda.
“Sekarang ini sudah tercatat sekitar 5% tuh 16 tahun ke atas. Jadi, yang disebut stroke muda itu antara 15-45 tahun,” ujarnya dalam talkshow World Stroke Day ‘Burden Stroke and How to Build The Stroke System’, Jumat (6/11/2020).
Lebih lanjut dr Jusuf menyampaikan ada banyak faktor yang menjadi pemicu munculnya stroke yang jarang diketahui, baik pada lansia maupun generasi muda. Menurutnya, hipertensi dan diabetes menjadi dua faktor utama pemicu stroke.
Ia menjelaskan orang pada umumnya tidak mengalami keluhan atau merasa biasa saja. Padahal, hipertensi atau diabetes melitus yang dibiarkan bisa menjadi bom waktu untuk penyakit stroke.
“Ketiga adalah penyakit jantung, ini bisa serangan jantung, disertai dengan stroke, atau ada kelainan struktur jantung yang berpotensi menyebabkan bekuan darah dari jantung lari ke otak. Dan yang terakhir suka kita lupakan adalah merokok,” paparnya.
Sementara itu, Dokter Spesialis Syaraf dr Mohammad Arief Rachman Kemal mengatakan menyadari gejala-gejala stroke sangatlah penting untuk dilakukan. Dengan demikian, stroke bisa segera diatasi dan tidak memperparah kondisi stroke.
Untuk mengenali gejala stroke, dr Arief memaparkan cara mudahnya yakni melalui singkatan ‘SeGeRa Ke RS’, yakni senyum asimetri, gerakan melemas, bicara pelo, kebas, dan sakit kepala tiba-tiba.
“Gejalanya kita permudah dan dipersingkat yaitu ‘SeGeRa Ke RS’. Se-nya itu senyum yang asimetri. Jadi sudut antar hidung sama mulutnya itu datar. Ini secara tiba-tiba ya. Kedua, Ge-nya itu geraknya melemah secara tiba-tiba sesisi tubuh. Jadi paling gampang dia suruh angkat tangannya aja, biasanya dia akan jatuh,” katanya.
Sedangkan singkatan ‘Ra’ mengacu pada bicara yang tiba-tiba menjadi pelo. Lalu, singkatan ‘Ke’ adalah kebas atau kesemutan secara tiba-tiba dari wajah, lengan, badan, sampai tungkai.
“R-nya itu rabun atau pandangannya kabur secara tiba-tiba. Lalu, S yang terakhir sakit kepala secara tiba-tiba. Jadi segala sesuatu yang sifatnya tiba-tiba bisa dikatakan sebagai gejala,” katanya.
Selain itu, Dokter Spesialis Syaraf dr Indah Aprianti Putri mengatakan terkadang ada gejala stroke yang lebih ringan atau soft sign yang mengganggu kognitif dan motorik pasien. Biasanya gangguan ini akan menyerang satu sisi pada bagian tubuh pasien.
“Misalnya pas kita bicara dari sisi (kanan) itu diabaikan dengan pasiennya, jadi akan cuek aja pasiennya. Tapi begitu kita pindah sisi ke sebelah kiri, pasiennya baru tahu ada orang yang ngajak ngomong. Nah itu juga tidak betul-betul jelas secara fisik, tapi begitu dilihat oleh dokternya itu gejala stroke sebetulnya,” ungkapnya.
Bahkan, dr Arief menambahkan soft sign juga bisa dilihat saat pasien mengalami gangguan bicara atau gangguan ingatan. Pada gangguan bicara atau afasia motorik, biasanya pasien akan mengerti apa yang diucapkan, tapi tidak bisa menyampaikan apa yang disampaikan.
“Atau kita ajak ngomong pasiennya, tapi yang diomongin nggak nyambung secara mendadak. Itu juga termasuk namanya gangguan bahasa yang sensorik. Bisa juga gangguan memori, jadi memorinya biasanya kenal anggota keluarga, tapi untuk memori yang sifatnya segera nggak ingat. Jadi ngomong akan diulang lagi-diulang lagi,” pungkasnya.