Penjelasan Mengapa Body Mobil Kekinian Lebih Mudah Penyok

Artikel Oto – Mobil-mobil yang rilis sebelum tahun 2000an dianggap memiliki body yang lebih kokoh karena menggunakan pelat yang tebal. Sedangkan mobil keluaran terkini dianggap memiliki body yang lebih ringkih lantaran mudah penyok jika mengalami benturan.
Seperti dilansir Detik.com, pengamat Otomotif sekaligus Akademisi dari Institut Teknologi Bandung, Yannes Martinus Pasaribu, membenarkan kalau mobil-mobil kekinian memang punya pelat body lebih tipis. Tapi itu diiringi dengan teknologi yang lebih maju. “Rancangan struktur dan kulit metal untuk bodi mobil sekarang sudah berkembang dengan sangat pesat. Jika dulu semuanya dibuat dari pelat tebal adalah akibat keterbatasan teknologi pada zamannya,” kata Yannes saat dihubungi detikcom.
“Dampaknya, mobil-mobil berteknologi struktur lama acapkali menggunakan pelat tebal. Hal inilah yang kemudian dianggap oleh masyarakat awam sebagai mobil yang kuat dan tidak mudah penyok,” sambungnya. Ketebalan pelat, kata Yannes, juga memengaruhi konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM). Mobil-mobil zaman dulu punya pelat yang lebih tebal tapi konsumsi BBMnya lebih boros dari mobil produksi keluaran terbaru saat ini.
“Dampak lainnya dari ketebalan pelat metal yang dipergunakannya membuat mobil semakin berat yang kemudian harus disematkan mesin penggerak dengan kapasitas yang lebih besar lagi agar dapat melaju kencang. Hal ini lah kemudian yang membuat penggunanya sering mengeluhkan soal borosnya penggunaan BBM pada mobil lama. Belum lagi teknologi mesinnya yang masih belum sesempurna saat ini dalam efisiensi penggunaan BBMnya,” urai Yannes.
Yannes melanjutkan bodi mobil yang mudah penyok itu merupakan bagian dari sistem keselamatan sebuah mobil. Saat ini untuk mengetahui kekuatan mobil terletak pada struktur rangkanya. Setidaknya ada dua struktur rangka pada mobil penumpang, yaitu ladder dan monokok.
“Sekarang semuanya sudah berubah. Pendekatan rancangan struktur mobil sudah dibagi dua secara tegas. pertama main cage structure yang terbuat dari baja diperkeras yang sangat rigid dengan tujuan agar ‘kerangkeng’ ini dapat melindungi penumpang di dalam kabin semaksimal mungkin,” ujarnya. “Kedua, body shell, terbuat dari meterial pelat baja tipis dengan tujuan agar beban total material yang harus diangkut dan didorong oleh motor penggerak dapat semakin ringan,” jelas Yannes.
Baca juga: Sejarah Toyota Yaris yang Mengaspal di Indonesia Sejak Tahun 2006
Kemajuan teknologi ini pada akhirnya dapat mengurangi kapasitas ‘CC’ mesin disamping juga semakin meningkatkan efisiensi penggunaan BBMnya. “Lalu, akibat lain dari bobotnya yang semakin ringan, maka mobil dapat lebih cepat berhenti saat direm, karena energi kinetiknya berkurang akibat semakin rendahnya bobot total kendaraan,” tutur Yannes.
Dia melanjutkan, mobil-mobil sekarang diharuskan memiliki teknologi pedestrian protection atau perlindungan pejalan kaki. Teknologi itu mengharuskan bodi mobil bisa menyerap benturan biasa pada bagian depan dan belakang. “Untuk menyerap sebanyak mungkin energi kinetik akibat tabrakan frontal, terutama dari bagian depan dan belakang area yang kita kenal dengan istilah crumple zone,” ungkap Yannes.
Crumple zone berada di depan dan belakang cage structure dan memang disiapkan menggunakan material yang lebih ringkih demi menyerap energi momentum tabrakan sebanyak mungkin, bahkan pada bagian bumper (menggunakan plastik lentur) dan kap mesin dan bagasi dibuat lebih tipis lagi dengan tujuan untuk mengurangi dampak cedera saat menabrak manusia/pejalan kaki, yang istilahnya dikenal dengan nama ‘pedestrian friendly’.
“Dampak dari pendekatan engineering tersebutlah yang menghasilkan desain mobil dengan ketebalan pelat bodi menjadi lebih tipis. Dampaknya memang sangat dirasakan oleh konsumen, jika mobil terserempet sedikit saja langsung penyok,” ungkapnya.
Sumber gambar: Shutterstock