Pengamat: Ingatkan Dampak Negatif Dari Perang Tarif Data Internet

Jakarta, – Perang tarif paket data operator akan memasuki babak baru di tengah pandemi dan masa resesi ekonomi Indonesia. Hal itu diutarakan Presiden Direktur & CEO XL Axiata, Dian Siswarini.

Menurut Dian, perang tarif data ini akan berkepanjangan sampai tahun depan, “Sebetulnya perang harga tidak diinginkan oleh semua operator sehingga harus diarahkan pada kompetisi yang rasional dan wajar. Apabila efek Covid-19 terhadap industri meningkat, dapat membuat perang harga akan semakin sengit. Secara nasional industri telekomunikasi akan tumbuh negatif pada tahun ini dan tahun 2021 pun diperkirakan juga belum pulih sepenuhnya,” jelasnya, belum lama ini.

Merespon hal itu, Direktur Eksekutif Indonesia ICT Institute Heru Sutadi menjelaskan, kompetisi di layanan telekomunikasi kini memang sangat ketat dan orang Indonesia cenderung sangat price sensitive, terlebih sekarang kebutuhan data internet meningkat tajam disegala lini kehidupan masyarakat.

Baca juga: XL Axiata: Sharing Spektrum 4G Seharusnya Diperbolehkan

“Kompetisi ini kemungkinan memang akan terus berlanjut, apalagi dengan memasuki masa resesi yang diyakini akan berdampak pada penurunan daya beli, terutama menengah ke bawah. Ketika daya beli turun kebutuhan tetap ada, pengguna akan terus mencari yang termurah,” jelas Heru, kepada , (9/11).

Seperti diketahui sebelumnya, para operator secara bersamaan mengeluarkan paket unlimited guna menarik sebanyaknya pelanggan. Jika ditelisik dari sisi kemampuan, dan dampak dari ‘bencana’ pandemi kepada masyarakat, memang secara otomatis berakibat pada daya beli yang menurun, hingga terus mendorong masyarakat untuk mencari tarif data termurah, yang mau tidak mau pada layanan data yang disajikan para operator pun menjadi mengikuti arus hingga cenderung memercikan perang tarif data.

Kendati demkian, Heru menginggatkan, industri harus sadar bahwa kompetisi di harga akan berdampak negatif bagi perusahaan, baiknya jika ingin berkompetisi dialihkan pada layanan. “Karena dapak buruk dari perang tarif, operator akan jor-joran kasih tarif murah dan pendapatan akan menurun sehingga yang kuat secara finansial saja yang mampu bertahan,” sambungnya.

Baca juga: Rendahnya Tarif Data Sebabkan Pertumbuhan Negatif Industri Telko Indonesia

Untuk meredam perang tarif data itu, regulator perlu segera intervensi regulasi, dan memang faktanya aturan tarif data belum ada dari pemerintah dan masih diserahkan pada kompetisi pasar.

Perhitungannya menurut Heru bisa melalui menghitung biaya dasar atau cost misal untuk layanan data 500 MB atau 1GB, sehingga dari situ dapat melihat apakah tarif sekarang masih mahal atau sangat murah.

“Dari situ kemudian dibuat formula, ada batas atas dan batas bawah agar operator tetap untung dan masyarakat tidak dirugikan dengan tarif yang mahal,” tandasnya.

Terima kasih telah membaca artikel

Pengamat: Ingatkan Dampak Negatif Dari Perang Tarif Data Internet