Pengamat: Implementasi ASO, Industri Set Top Box Lokal Harus Diutamakan

Jakarta, – Migrasi siaran televisi teresterial dari analog ke digital atau ASO memberikan manfaat di berbagai sektor, salah satunya yaitu menyuguhkan internet cepat.
Tak dipungkiri memang, langkah penataan ulang atau refarming frekuensi 700MHz, yang digunakan untuk siaran televisi teresterial analog, dan kemudian digunakan untuk mengembangkan internet berkecepatan tinggi sangat potensial, terlebih frekuensi tersebut digadang-gadang sebagai salah satu kandidat frekuensi terkuat untuk 5G.
Bahkan melalui refarming tersebut, keuntungan ekonomi yang didapat tidak main-main ditaksir bisa menaikkan produk domestik bruto sekitar Rp443 triliun, dan penerimaan pajak maupun bukan pajak sekitar Rp77 triliun.
Baca juga: Menkominfo: ASO Untungkan Industri Selular dan Kemajuan Penyiaran di Indonesia
Dan kemudian sebenarnya ada potensi besar dibalik ASO, yaitu soal pengadaan set top box (STB) sebagai alat bantu siaran digital dari TV analog, dan jumlahnya pun sangat besar karena Indonesia setidaknya membutuhkan sekitar 6,8 juta unit STB, untuk setidaknya 277,7 juta masyarakat miskin, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) 2020, dengan asumsi satu keluarga terdiri dari dua anak.
Merespon potensi ketersediaan STB itu, sangat patut rasanya jika dikelola oleh industri lokal yang dimana tak dipungkiri memiliki kemampuan tersebut.
Ketua Pusat Studi Kebijakan Industri dan Regulasi Telekomunikasi Indonesia ITB Ian Yosef M. Edward menegaskan, program ASO idelanya tidak membebani keluarga miskin, karena dimasa sulit pandemi ini bisa memaksa mereka untuk memberli STB sebagai alat bantu siaran digital dari TV analog.
“Penyediaan STB itu kan berdasarkan Peraturan Menteri Kominfo Nomor 6 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Penyiaran. Ini memang merupakan kewajiban sesuai dengan PP tersebut, penyaluran untuk masyarakat miskin,” terangnya kepada Selular, Jumat (16/7).
Baca juga: Kenali Frekuensi yang Ideal untuk Gelar Layanan 5G
Berdasarkan informasi sebelumnya Kominfo juga ‘berencana’ menyediakan 6,7 juta STB untuk masyarakat tidak mampu untuk mendukung proyek migrasi TV analog ke TV Digital.
Hanya saja persoalan lanjutanya, dari data keluarga miskin itu masih ada yang tidak memiliki perangkat TV. Maka, idealnya nanti yang akan diberikan bantuan STB gratis hanyalah keluarga yang memiliki TV saja. Lantas bagaimana dengan yang tidak memiliki TV, apakah ada solusi lanjutan menghadirkan perangkat TV digital murah?
Kemudian Ian menegaskan, industri dalam negeri sebenarnya dapat berperan dan harus diutamakan karena memiliki tingkat komponen dalam negeri (TKDN). “Sehingga mereka dapat berkembang dengan baik dan memiliki ekosistem yang lengkap pula, misal garansi, sparepat management, tempat perbaikan yang tersebar luas di Indonesia, salah satunya brand yang memiliki peluang itu Polytron,” lanjutnya.
Terlebih ASO digadang-gadang juga bakal menghasilkan setidaknya 230.000 lapangan pekerjaan baru dan 181.000 unit usaha baru. Sehingga sudah seharusnya industri dalam negeri memiliki porsi besar dalam penyediaan STB.
Baca juga: Laporan: Ponsel 5G Kelas Menengah Semakin Populer di Eropa
“Dengan memperkuat peran lokal itu, tak mengherankan membuka lapangan kerja atau dengan kata lain akan meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi Indonesia/indeks pembangunan manusia Indonesia dapat terwujud,” papar Ian.
Dan perlu dicatat pula, Ian berpandangan waktu tarik ulur implementasi ASO dan kapan dimulainya lelang frekuensi di 700MHz untuk seluler erat kaitanya dengan penyediaa STB yang dihasilkan dari biaya lelang.
“Jadi keuntungan negara dalam hal ini tidak dalam bentuk uang, tetapi lebih pada keuntungan masyarakat yang akan menerima teknologi digital dalam bentuk layanan TV digital dalam hal ini,” tandasnya.