Pengamat: Ekosistem Frekuensi 700MHz Merupakan yang Paling Matang

Jakarta, – Menata ulang atau refarming frekuensi 700MHz, untuk kepentingan mengembangkan internet berkecepatan tinggi di tanah air segera berlangsung melalui, Analog Switch Off (ASO) atau migrasi siaran analog ke digital dimulai pada 17 Agustus mendatang.
Ketersediaan spektrum adalah dasar untuk pengelaran 5G. Alokasi jaringan sejauh ini sudah terlihat, namun masih belum pasti, karena statusnya masih dialokasikan untuk hal lain. Dan frekuensi 700MHz merupakan salah satu kandidat terkuat untuk menghadirkan jaringan berkecepatan tinggi atau 5G, yang menurut Muhammad Ridwan Effendi, Sekjen Pusat Kajian Kebijakan dan Regulasi Telekomunikasi Institut Teknologi Bandung (ITB) pita frekuensi 700 MHz dari sisi ekosistem merupakan yang paling matang.
Baca juga: Migrasi ‘Analog Switch Off’ Tahap Pertama Diharapkan Mundur
“700 MHz dari sisi ekosistem itu merupakan yang paling matang, karena pita tersebut sudah lama menjadi alokasi 4G dan 5G. Hanya saja gelaranya di Indonesia memang terlambat, karena proses politik yang panjang untuk ASO sejak zaman Kementrian Telekomunikasi dan Informatika (Kominfo) dipimpin Tifatul Sembiring pada periode 2009–2014,” tutur Ridwan kepada Selular, Senin (26/7).
Sementara secara potensi, program ASO ini salah satu misinya selain memang untuk menata ulang frekuensi 700MHz, guna kebutuhan mengembangkan internet berkecepatan tinggi, frekuensi ini juga dikenal sebagai pita sektor kebencanaan.
“Jadi nanti skenarionya musti pemenang seleksi lah yang akan menyediakan sebagian kapasitas 4G/5G untuk dipakai sektor kebencanaan,” sambung Ridwan.
Kemudian secara karakteristik, pakar telekomunikasi yang juga seorang dosen di ITB ini menjelaskan frekuensi 700 MHz ini bakal menjadi andalan untuk coverage atau cakupan yang luas, namun lebar pintanya hanya 2×45 MHz Frequency Division Duplexing (FDD).
Baca juga: Ketersediaan Set Top Box Bayangi Implementasi ASO Tahap Awal?
“Sehingga jika mau mengejar user experience idealnya pada lelang nanti hanya 1 pemenang saja, tapi kalau mau sedikit berbagi bisa dibuat untuk 2 pemenang, tapi kecepatan yang dihasilakan nanti tidak begitu optimal,” paparnya.
Berdasarkan laporan Global System for Mobile Communications Association (GSMA) penataan ulang 700Mhz ini memberikan manfaat ekonomi yang cukup potensial, yaitu diperkirakan sebesar USD11 miliar (Rp161 triliun) untuk perekonomian Indonesia selama periode 2020–2030, atau setara dengan tambahan Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 1%.
Dan sejauh ini gelaran 5G di Indoneisa melalui Telkomsel dan Indosat Ooredoo secara teknis masing-masing mengoprasikan pada pita frekuensi 1800 MHz atau 1,8 GHz, dengan lebar pita 20 MHz dalam rentang 1837,5 MHz sampai dengan 1857,5 MHz. Sementara Telkomsel saat ini mengoperasikan 30MHz di pita 2.300 MHz atau 2,3 Ghz.