Penemu Vaksin AstraZeneca Salah Satunya Mahasiswa Asal RI, Ini Kisahnya

Jakarta

Baru-baru ini, penemu vaksin AstraZeneca yakni Dame Sarah Gilbert menuai apresiasi besar-besaran di ajang Wimbledon 2021. Atas kiprah besarnya membantu penanganan pandemi, Sarah mendapat standing ovation dari para penonton yang memenuhi Lapangan Tengah Wimbledon.

Sarah adalah seorang ahli vaksin Inggris dan Profesor Vaksinologi di University of Oxford. Terkenal akan kepakarannya di bidang pengembangan vaksin influenza dan patogen virus baru, Sarah berpengalaman memimpin pengujian vaksin flu universal pada awal 2011.

Vaksin tersebut tidak konvensional karena bekerja memproduksi sel-T untuk melawan flu, bukan dengan merangsang produksi antibodi.

Setelah menyelesaikan studi di University of East Anglia dengan gelar dengan gelar Bachelor of Science di bidang ilmu biologi, Sarah melanjutkan studi doktoral di Universitas Hull, bidang genetika dan biokimia ragi Rhodosporidium toruloides.

Dalam sebuah interview bersama BBC, Sarah pernah mengaku terombang-ambing saat menjalani studi doktoralnya. Saat itu ia sadar, sains tak sesuai dengan keinginan hatinya. Tak diduga, keuletan dalam sains membawanya pada kiprah penanganan pandemi COVID-19.

“Ada beberapa ilmuwan yang dengan senang hati akan bekerja kurang lebih sendiri pada satu subjek untuk waktu yang sangat lama … Bukan itu cara saya senang bekerja. Saya suka mencoba mempertimbangkan ide-ide dari banyak bidang yang berbeda,” kata Sarah, dikutip dari BBC, Jumat (23/7/2021).

“Saya memang mempertimbangkan untuk meninggalkan sains pada saat itu, agar bisa melakukan sesuatu yang berbeda,” sambungya.

Bekerja sama mahasiswa Indonesia

Kabar membanggakan, salah satu anggota tim penelitian penemu vaksin AstraZeneca adalah mahasiswa asal Indonesia, yakni Indra Rudiansyah, mahasiswa S3 Program Clinical Medicine, Jenner Institute, Universitas Oxford.

Pada Januari 2020, Indra ikut serta menguji vaksin virus Corona bersama para ilmuwan Inggris, termasuk Sarah Gilbert. Indra bergabung dengan Tim Jenner Institute dan Oxford Vaccine Group karena awalnya, laboratorium penelitian kekurangan orang dan membutuhkan tenaga bantuan.

Dalam sebuah video yang diunggah oleh Youtube Deutsche Bank pada Februari 2021 berjudul “The Oxford Vaccine: Meet The Team Behind The Breakthrough”, Indra menyebut, dirinya berfokus pada pengembangkan vaksin untuk penyakit menular seperti HIV, ebola, dan penyakit lain yang berpotensi menimbulkan pandemi seperti SARS, MERS, dan kini COVID-19.

Diapresiasi di tanah air

Nama Indra Rudiansyah menggema di tanah air. Ia diapresiasi oleh sejumlah tokoh, misalnya politisi Budiman Sudjatmiko.

“Selamat & terimakasih, Indra Rudiansyah, yg tak lupa menyebut dirinya dr Indonesia sbg bagian tim riset Vaksin Oxford AstraZeneca. Panjang Umur, Kemanusiaan! Panjang Umur, Ilmu Pengetahuan! BTW aku kangen aksen British ini,” tulis Budiman Sudjatmiko dalam laman Twitternya.

Di kesempatan lainnya, kiprah Indra dalam tim penemu vaksin AstraZeneca diapresiasi oleh juru bicara pemerintah untuk COVID-19 dr Reisa Broto Asmoro.

“Terima kasih sebesar-besarnya kepada Indra Rudiansyah, putra Indonesia, pegawai Bio Farma, yang terlibat dalam penemuan vaksin AstraZeneca yang diketuai Profesor Sarah Gilbert,” kata juru bicara pemerintah untuk penanganan COVID-19 dr Reisa Broto Asmoro, dalam konferensi pers, Rabu (21/7/2021).


Terima kasih telah membaca artikel

Penemu Vaksin AstraZeneca Salah Satunya Mahasiswa Asal RI, Ini Kisahnya