Pasien COVID-19 Bergejala Ringan Disarankan Isoman di Rumah atau Hotel

Jakarta –
Kenaikan jumlah kasus COVID-19 berbanding lurus dengan lonjakan keterisian rumah sakit. Di beberapa daerah, bed occupancy ratio (BOR) rumah sakit telah mencapai 90 persen, bahkan ada yang sudah 100 persen.
Satgas COVID-19 menekankan masyarakat yang positif COVID-19 dengan gejala ringan bisa menjalani isolasi mandiri, dengan dipantau secara intensif. Adapun perawatan di rumah sakit diprioritaskan untuk pasien bergejala sedang hingga berat.
“Tidak semua pasien COVID-19 harus ke rumah sakit untuk mendapat penanganan lanjut. Pasien dengan gejala berat dan sedang yang berhak didahulukan untuk mendapatkan penanganan, baik isolasi maupun perawatan intensif di rumah sakit,” jelas Koordinator Tim Pakar dan Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Prof. Wiku Adisasmito dikutip dari laman Satgas COVID-19, Selasa (29/6/2021).
Wiku menyampaikan pemerintah daerah hendaknya menyediakan tempat isolasi terpusat agar pelaksanaannya terpantau dengan baik. Fasilitas yang disediakan pun harus layak dan menarik minat masyarakat memanfaatkan fasilitas yang disediakan.
Namun, mengingat kemampuan setiap daerah berbeda-beda, pasien COVID-19 yang di daerahnya tidak terdapat lokasi isolasi terpusat dapat menjalani isolasi mandiri di rumah, tempat kos, hotel, atau apartemen, dengan prosedur yang benar.
“Pemerintah mendukung upaya ini dengan catatan masyarakat berkomitmen menjalankan prosedur isolasi mandiri dengan baik di bawah pengawasan puskesmas yang merupakan bagian dari posko,” sebut Wiku.
Ia menjelaskan, isolasi mandiri di rumah atau tempat-tempat lainnya harus mengikuti prosedur sesuai dengan pedoman yang dianjurkan seperti yang telah berstandar nasional dan mengacu kepada WHO. Selama isolasi mandiri, pasien COVID-19 mesti istirahat cukup, konsumsi multivitamin, dan berolahraga.
Selain itu, untuk meminimalisir penularan kepada anggota keluarga lain, pastikan terdapat ruangan terpisah antara individu yang melakukan isolasi dengan penghuni lainnya sehingga dapat mengurangi peluang penularan. Penting juga segera menghubungi tenaga kesehatan jika terjadi penurunan kondisi kesehatan.
Masyarakat juga diimbau tidak panik dan tidak buru-buru ke rumah sakit bila mendapati hasil tes PCR yang mereka lakukan positif. Maksimalkan dahulu sumber daya masyarakat dengan upaya preventif optimal melalui posko.
“Bila rasio tenaga kesehatan untuk mengawasi jumlah masyarakat yang melakukan isolasi mandiri secara terpusat belum mencukupi, maka relawan kesehatan harus ditambah untuk memastikan pelayanan yang prima. Tindakan bijak kolektif ini dapat membantu mengurangi beban fasilitas kesehatan sekaligus tenaga kesehatan yang senantiasa mencurahkan tenaganya untuk menyelamatkan banyak nyawa,” papar Wiku.