Pandemi Covid-19, Eranya Kolaborasi Sektor Usaha

Jakarta, – Sektor usaha baik itu yang besar, startup, maupun Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) menjadi salah satu sektor yang paling terdampak pandemi covid-19. Wabah ini membuat supply dan demand serta rantai pasok terganggu sehingga roda perekonomian di sektor itu tersendat.

Kendati demikian Aviliani, Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) tak memungkiri jika tahun 2020 memang menjadi masa yang paling buruk untuk sektor usaha, tapi dengan inovasi serta kereativitas, situasi buruk akibat pandemi covid-19 itu dapat berubah mejadi harapan baru yang menguntungkan.

“Sektor UMKM dan perusahaan besar sekalipun harus berubah guna menyikapi situasi ini, kita bisa melihat di sembilan bulan belakangan digitalisasi bergerak dengan cepat. Sampai sekarang pun masih menunjukan perubahan, jika mereka (pelaku usaha) tidak berubah, maka nantinya ada yang bertahan dan yang tereliminasi secara sendirinya,” kata Avi, di Webinar akbar ‘Indonesia Digital Economy 7 Business Outlook 2021’, Senin (21/12).

Baca juga: Bantu Penanganan Pandemi, Pengguna Tokopedia Sumbang Rp33 Miliar

Pandemi Covid-19, Eranya Kolaborasi Sektor Usaha

Avi melanjutkan dalam pengamatanya, 2020 memang menjadi masa yang paling buruk bagi ekonomi Indonesia. Walapun kini secara berlahan mulai menunjukan perbaikan.

“Jadi di 2021 ekonomi diprediksi akan tumbuh 5% dengan catatan 50 persen vaksin covid-19 sudah disuntikan ke masyarakat, namun jika belum mencapai 50%, ekonomi akan tumbuh dikisaran 3% namun itu juga cukup baik jika dibandikan dengan tahun 2020,” ucapnya.

Kemudian 2020-2021 merupakan masa konsolidasi, sekaligus kesempatan untuk sektor usaha bertahan, atau berubah mengikuti alur digitalisasi agar lebih efesien. Dan sebelumnya pemerintah telah menggelontorkan dana program restrukturisasi kredit untuk UMKM sebesar Rp359,98 triliun dengan jumlah 5,82 juta debitur per 28 September 2020.

Baca juga: Bantu Digitalisasi UMKM, Warung Pintar dan BukuWarung Berkolaborasi

“Dana itu tentu diharapkan akan digunakan untuk berubah, bukan hanya sekedar bertahan saja. Jadi tidak bisa menunggu pandemi ini membaik terlebih dahulu untuk bergerak. Dan perlu diketahui di masa pandemi ini merupkan eranya digital kolaborasi ekosistem, jadi siapa yang tidak berekosistem akan mati,” ungkap Avi.

Hal ini bisa dilihat dari sektor UMKM yang menjamur di sepanjang pandemi ini, dan memanfaatkan platform e-commerce sebagai wadah jualanya. Sebagai catatan jumlah pengguna aktif bulanan dan jumlah seller di Tokopedia saja dilaporkan terus bertambah akibat pandemi yang memaksa masyarakat berinteraksi online, terutama soal belanja.

Sebelum pandemi atau sekitar bulan Januari 2020, pengguna aktif bulanan di Tokopedia baru 90 juta orang namun sekarang naik hingga lebih dari 100 juta orang. Begitu pun penjual. Sekarang 9,9 juta penjual padahal sebelumnya baru 7,2 juta.

Baca juga: Shopee Dorong Ekspor Lebih Dari 50.000 Produk UMKM Setiap Hari

Dan tak hanya UMKM, di sektor usaha yang lebih besar juga dibutuhkan kolaborasi, dan hal ini menurut Avi sudah terlihat trennya. Seperti Gojek misalnya berinvestasi di Bank Jago, yaitu Bank berbasis teknologi yang akan memperkuat ekosistem Gojek sekaligus membuka akses yang lebih luas kepada layanan perbankan digital bagi masyarakat Indonesia.

Kemudian Fintech juga demikian, perlu berkoalisi dengan bank konvensional guna mendapatkan sumber dana murah, kemudian bagi bank menjadi penting karena akan mendapat customer experience yang selama ini sudah dibangun oleh perusahaan fintech, sebagai bentuk capaian inklusi keuangan yang lebih luas.

Terima kasih telah membaca artikel

Pandemi Covid-19, Eranya Kolaborasi Sektor Usaha