Omicron ‘Siluman’ BA.2 Tak Terdeteksi SGTF, Pakar Jelaskan Dampaknya ke RI

Jakarta

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) saat ini dilaporkan tengah mengamati perkembangan Omicron BA.2. Alasannya subvarian yang dijuluki Omicron ‘siluman’ ini tampak punya potensi menyebar luas di beberapa negara, mengalahkan varian Omicron original.

Julukan siluman muncul karena subvarian BA.2 lebih sulit terdeteksi dengan tes PCR SGTF yang biasa dipakai untuk skrining kasus Omicron. Ini karena BA.2 tidak memiliki ciri genetik yang khas seperti varian Omicron original.

Pemerintah diketahui tengah berusaha memperbanyak tes PCR SGTF yang hanya menarget Omicron biasa. Mantan Direktur Penyakit Menular Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bagian Asia Tenggara, Profesor Tjandra Yoga Aditama, mengatakan bukan tidak mungkin perlu ada penyesuaian kebijakan bila BA.2 sampai menyebar luas di Indonesia.

“Kita ketahui bahwa BA.2 dikenal sebagai ‘stealth Omicron’ atau Omicron yang ‘menipu’, khususnya karena adanya delesi fenomena ‘S gene target failure – SGTF’ sehingga dapat tidak terdeteksi oleh pemeriksaan PCR SGTF yang kini justru mulai diperbanyak di negara kita,” ungkap Prof Tjandra dalam pesan yang diterima detikcom pada Jumat (28/1/2022).

“Sekarang memang jumlah BA.2 masih amat kecil, tapi kalau jumlahnya makin banyak maka bukan tidak mungkin dapat mempengaruhi kebijakan yang perlu diambil,” lanjutnya.

Menteri Kesehatan (Menkes) RI Budi Gunadi Sadikin mengkonfirmasi memang sudah ada subvarian Omicron BA.2 di Indonesia. Ia memastikan Indonesia akan segera memiliki reagen yang bisa mendeteksi subvarian tersebut.

“Sudah ada. Kita sudah deteksi mungkin sekitar 10,” kata Menkes Budi dalam perbincangan dengan media.


Terima kasih telah membaca artikel

Omicron ‘Siluman’ BA.2 Tak Terdeteksi SGTF, Pakar Jelaskan Dampaknya ke RI