
Ngeluh Vagina Bau Menyengat, Ternyata Ada Tampon Nyangkut di Miss V


Jakarta –
Apa jadinya bila tampon terperangkap di vagina selama bertahun-tahun? Hal inilah yang dialami Melanie Galeaz, wanita asal Massachusetts, Amerika Serikat yang secara tidak sadar meninggalkan tamponnya di vagina dalam waktu dua tahun.
Sebagai informasi, tampon adalah sejenis pembalut berbentuk lonjong yang terbuat dari katun atau kapas. Bedanya dengan pembalut biasa, tampon dipakai dengan cara memasukan langsung ke dalam lubang vagina. Menurut Food and Drug Administration (FDA) AS, tampon harus diganti setiap empat sampai delapan jam sekali untuk menjaga kebersihannya.
Kisah Melanie bermula ketika dia masih remaja. Saat itu, ia mulai mengalami rasa sakit dan gejala ginekologi (kelamin) yang aneh. Namun, dokter mengira itu mungkin penyakit Lyme karena digigit kutu.
“Ketika saya masih kecil, saya digigit kutu rusa, dan memiliki semua gejala penyakit Lyme,” jelas Melanie dalam tiktok pribadinya @melaniegaleaz.
“Namun, tesnya agak membingungkan apakah saya mengidapnya atau tidak. Dikarenakan saya memiliki semua gejala dan digigit, dokter memberikan obat-obatan. Lalu, mengizinkan saya pulang dan saya baik-baik saja,” lanjutnya.
Tak lama setelahnya, ia mengalami rasa sakit dan beberapa hal yang sangat menjijikan di bagian vaginanya ketika berumur 14 tahun. Melanie menjelaskan bahwa penggunaan obat kutu tersebut membuat rasa sakitnya semakin membaik, tetapi tidak dengan masalah ginekologinya.
Bahkan, aroma tak sedap sering kali keluar dari vaginannya. Namun, Melanie mencoba mengabaikan bau tersebut dan memakai banyak cara untuk menutupinya.
“Itu benar-benar menjijikkan, memalukan, dan saya tidak ingin menghadapinya. Tapi, saya agak berharap itu ada hubungannya dengan penyakit Lyme dan bisa mengabaikannya dengan obat-obatan, itu akan hilang,” jelasnya.
Dua tahun berselang, ia pun memutuskan untuk pergi ke dokter kandungan. Hal mengejutkan pun terungkap di sini. Pasalnya, wanita berambut pirang itu baru mengetahui ada tiga buah tampon yang nyangkut secara horizontal di bawah leher rahimnya. Sejak itu, ia mulai menyadari penyakitnya bukanlah murni dari gigitan kutu, tetapi tampon yang bersarang sehingga menyebabkan infeksi.
“Saya tidak tahu sudah berapa lama dia (tampon) berada. Jadi, saya memiliki satu selama dua tahun, satu lagi untuk waktu yang tidak diketahui, dan satu lainnya selama sekitar 8 jam,” heran Melanie.
Dikarenakan sudah bersarang lama, tampon yang berada di dalam vagina Melanie sudah terlanjur larut dan terpecah. Hal itu menyebabkannya sulit dikeluarkan sehingga terasa sakit bagi Melanie. Dari kejadian itu, dokter pun mendiagnosis Toxic Shock Syndrome (TSS).
Dikutip dari National Health Service (NHS), toxic shock syndrome adalah kondisi langka namun mengancam jiwa yang disebabkan oleh bakteri staphylococcus atau streptococcus. Bakteri ini biasanya hidup di kulit, hidung, atau mulut tanpa menyebabkan masalah kesehatan. Namun, jika masuk lebih dalam ke tubuh, bakteri tersebut dapat melepaskan racun yang merusak jaringan dan menghentikan kerja organ.
Hal ini sering dikaitkan dengan penggunaan tampon pada wanita muda. Juga, dapat memengaruhi siapa saja dari segala usia ketika seseorang memiliki luka terbuka, termasuk pria dan anak-anak.
Gejala TSS bisa terjadi dengan sangat cepat dan mirip dengan flu, seperti demam, sakit kepala, batuk, merasa lelah, muntah, dan diare. Selain itu, pengidapnya mungkin akan mengalami ruam kulit yang terlihat seperti terbakar sinar matahari, kesulitan bernapas, kulit pucat, kebingungan, atau bahkan pingsan.
TSS dapat memburuk dan bisa berakibat fatal jika tidak segera ditangani. Namun, kebanyakan orang bisa sembuh total bila diobati lebih awal.
Oleh karena itu, FDA menyarankan untuk menggunakan tampon dengan daya serap rendah sesuai kebutuhan dan kenakan pembalut tersebut saat menstruasi saja. Terlebih, penggunaanya tidak boleh lebih dari 8 jam lalu buang guna mengurangi risiko TSS.
Ngeluh Vagina Bau Menyengat, Ternyata Ada Tampon Nyangkut di Miss V
