
Mumpuni Dalam Inovasi dan Solusi 5G, Ericsson Raih Dua Penghargaan Selular Award

Jakarta, – Tak dapat dipungkiri, teknologi 5G akan menjadi key driver baru bagi operator dalam menawarkan beragam layanan bernilai tambah kepada pelanggan.
Sekedar diketahui, sebagai lompatan teknologi, 5G memiliki berbagai kelebihan dibanding 4G. Teknologi selular generasi kelima ini memiliki kecepatan hingga 50 kali lebih cepat, 10 kali lebih responsif, dan latensi yang jauh lebih rendah ketimbang 4G.
Hal itu akan mendorong tumbuhnya beragam inovasi yang akan memperkuat ekosistem digital. Seperti pengembangan smart cities, drone, mengemudi mandiri (autonomous car), layanan medis digital, penyebaran IoT (Internet of Things) dan layanan berbasis robotics lainnya yang sangat membantu, khususnya bagi pelanggan kalangan industri.
Kajian yang dilakukan oleh GSMA memperkirakan, bahwa jaringan 5G akan menyumbang 15 persen dari koneksi selular global pada 2025.
Sementara kawasan Asia-Pasifik berpotensi menjadi wilayah 5G terbesar di dunia, berkat sokongan negara-negara ASEAN yang terus bertumbuh secara ekonomi, dan lingkungan keamanan yang relatif stabil.
Khusus menyangkut Indonesia, dalam laporannya A.T Kearney Analysis, menyimpulkan bahwa Indonesia adalah negara dengan potensi pendapatan tertinggi saat 5G diterapkan di bandingkan negara Asia Tenggara lainnya.
Pada 2025, atau saat 5G diperkirakan sudah beroperasi di Indonesia, pendapatan operator selular di Indonesia diprediksi menyentuh US$1,4 miliar — US$1,83 miliar. Mayoritas pendapatan tersebut disumbangkan pada skema business to business (B2B), disusul segmen business to customer (B2C) dan fixed wireless access.
Lebih jauh, telaah A.T Kearney menempatkan Indonesia pada posisi yang sangat vital. Lembaga ekonomi yang berbasis di Chicago AS itu, menyimpulkan pada 2025 nanti, penetrasi 5G bisa mencapai 25 hingga 40 persen di sejumlah negara di kawasan ASEAN.
Namun kontribusi terbesar berasal dari Indonesia, mencapai 27 persen. Saat itu, jumlah pelanggan diprediksi sudah melewati 200 juta, dan setengahnya berbasis di Indonesia.
Mengacu pada proyeksi tersebut, wajar jika vendor jaringan tak lagi melihat sebelah mata pasar Indonesia. Dengan populasi yang besar dan pertumbuhan industri yang menantang, Indonesia memberikan kesempatan yang sangat luas bagi vendor jaringan untuk bermitra dengan operator selular.
Memang masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan oleh regulator. Harus diakui, Untuk sampai pada implementasi 5G, banyak persiapan yang ditempuh. Selain dari sisi infrastruktur, bisnis model, dan investasinya, terutama untuk spektrum dan peralatan pendukungnya.
Itu sebabnya, implementasi 5G di Indonesia terbilang lebih lambat dibandingkan negara-negara Asia Tenggara lain, seperti Singapura, Malaysia, Thailand, dan Vietnam. Keempatnya menargetkan dapat menerapkan layanan 5G komersial pada 2020 – 2021. Sedangkan Indonesia, diprediksi baru akan menerapkan teknologi yang sama pada 2022 – 2023.
Meski sedikit tercecer, hal itu tidak menyurutkan vendor jaringan untuk tetap unjuk gigi. Seperti yang ditunjukkan oleh Ericsson. Vendor jaringan asal Swedia itu, diketahui telah menjalin kerjasama dengan beberapa operator, khsususnya dalam menguji coba teknologi dan layanan 5G.
Tercatat tiga besar operator di Indonesia (Telkomsel, Indosat Ooredoo, XL Axiata) telah mencicipi teknologi 5G yang dikembangkan Ericsson. Telkomsel misalnya, sampai saat ini, sudah melakukan beberapa kali uji coba. Uji coba terakhir dilakukan di Batam pada November 2019, bersama Ericsson. Di sana, mereka menampilkan beberapa use case untuk kalangan industri, seperti smart air patrol, immersive collaboration, smart surveillance, bahkan sampai ke seamless gaming.
Begitu pula dengan XL Axiata. Operator yang dimiliki Axiata Malaysia itu, sudah menggelar beberapa kali uji coba dengan berbagai use case, baik untuk test bed hingga penggunaan hologram untuk berkomunikasi melalui teknologi 5G milik Ericsson.
Hal yang sama juga dilakukan Indosat Ooredoo. Operator yang dimiliki Ooredoo Group asal Qatar itu, sudah menguji coba layanan 5G, khususnya 3D AR, yang dikembangkan Ericsson.
Rangkaian uji coba tersebut, tentu memberikan manfaat bagi operator kelak saat Indonesia sepenuhnya mengimplementasikan teknologi 5G, sebagai salah satu faktor penting dalam memenangkan persaingan.
Bagi Ericsson sendiri, hal itu akan mengukuhkan predikat sebagai vendor jaringan papan atas di tengah kompetisi yang ketat dengan vendor sejenis.
Memang sejak beberapa tahun terakhir, Ericsson terbilang serius dalam upaya mengkampanyekan pemanfaatan 5G di Indonesia. Contoh keseriusan tersebut ditujukan Ericsson dengan melakukan pameran dan uji jaringan 5G di Jakarta ((4/4/2017).
Dalam demo yang diklaim sebagai yang pertama itu, puncak downlink yang didapat Ericsson mencapai 5,3 Gbps dengan latensi 3 ms. Demonstrasi yang dilakukan oleh Ericsson mencakup 5G test bed, 5G New Radio (NR), dan penggunaan lainnya seperti menggerakkan robot dan video streaming 4K secara live.
Tak puas dengan demo 5G, Ericsson kemudian menggelar event bertajuk “Do Zone” di Four Season Hotel (17/4/2018). Pada event ini, Ericsson memamerkan sejumlah terobosan dalam pengembangan teknologi 5G terbaru.
Seperti port 5G inti, radio, dan transportasi bersama dengan OSS/BSS, layanan jaringan, dan keamanan.
Penyedia solusi ini, juga sudah meluncurkan perangkat lunak komersial 5G Radio Access Network (RAN), berdasarkan standar 3GPP 5G New Radio (NR) pertama yang telah disepakati secara internasional.
Ericsson juga memperkenalkan kategori baru produk radio Street Macro yang bisa memenuhi kebutuhan operator untuk tumbuh di kota-kota dengan ketersediaan akses radio terbatas.
Menurut Presiden Direktur Ericsson Indonesia Jerry Soper, produk radio ini tidak memakan tempat atau lebih ringkas ketika ditempatkan pada bagian tertentu dari gedung, namun memiliki kemampuan yang cukup untuk menjaga efisiensi dan cakupan jaringan.
Selain itu, Ericsson memperkenalkan produk radio baru yang mendukung teknologi Masif MIMO (massive multiple input and multiple output). Ini akan memenuhi kebutuhan akan lalu lintas data yang terus bertambah, secara lebih efisien, dan memungkinkan akses ke konten multimedia, seperti streaming video 4K/8K, VR (virtual reality) atau AR (augmented reality).
“Gabungan portfolio radio dan dukungan 5G untuk radio yang telah digunakan Ericsson di lapangan akan mendukung evolusi operator Indonesia dari 4G menuju 5G,” pungkas Jerry.
Nah, dengan kesiapan yang telah diperlihatkan Ericsson dalam upaya membantu operator mengembangkan teknologi 5G di Indonesia, tak salah jika Ericsson diganjar dua penghargaan sekaligus di ajang Selular Award 2020. Yaitu, “Best 5G Invovation Technology” dan “Best 5G Solution”. Selamat untuk Ericsson!
Mumpuni Dalam Inovasi dan Solusi 5G, Ericsson Raih Dua Penghargaan Selular Award
