Mulanya Canda Gurau, Tapi Jadinya Bullying

Jakarta

Bullying atau perundungan seringkali terjadi tanpa disengaja. Pelaku bisa saja hanya bermaksud untuk bercanda dan bersenang-senang, namun tanpa sadar melukai seseorang hingga mengalami trauma.

Lantas, bagaimanakah batas antara bercandaan dan bullying?

Psikolog Anak dan Keluarga, Anna Surti Ariani, yang membedakannya adalah tujuan dari bercandaan tersebut. Relasi antara pihak-pihak yang terlibat juga menjadi hal yang menentukan apakah bercandaan itu termasuk bullying atau bukan.

“Bedanya apa, bedanya adalah ditangkapnya seperti apa gitu ya dan bagaimana tujuan dari candaan tersebut gitu, sering kali kalau betul-betul bercandaan atau bergurau maka relasi antara pelaku bercanda sama penerima candaan itu setara ya jadi mereka bisa saling melontarkan candaan gitu karena mereka setara,” jelas psikolog yang biasa dipanggil Nina ini, di acara e-Life detikcom.

Maka, apabila bercandaan membuat relasi antar pihak jadi tak setara, maka hal tersebut bisa mengarah ke bullying.

Respons penerima bercandaan juga perlu diperhatikan. Apabila ia terlihat tersinggung, maka alangkah baiknya bercandaan tersebut tak perlu dilakukan lagi.

“Misalnya saya ngomong sesuatu, kemudian kok teman saya kelihatannya raut mukanya langsung berbeda ya? Kelihatannya dia nggak nyaman dan nggak terima gitu. Nah jangan-jangan dia sudah mulai tersinggung sebetulnya sama candaan kita, di situ kita harus segera minta maaf,” kata Nina.

(gah/gah)

Terima kasih telah membaca artikel

Mulanya Canda Gurau, Tapi Jadinya Bullying