
Menggali Potensi Smartphone 5G di Indonesia

Jakarta, – Jaringan internet generasi kelima alias 5G, memang baru dikomersilkan di Indonesia beberapa bulan lalu. Namun, pangsa pasar smartphone 5G di Indonesia sudah mulai menunjukkan tren positif.
Menurut firma riset IDC, penjualan smartphone 5G di Indonesia meningkat dua kali lipat secara kuartal ke kuartal (QoQ). IDC memperkirakan smartphone 5G yang terjual di Indonesia sudah mencapai 500.000 unit.
Harga jual rata-rata (average selling price/ASP) smartphone 5G di Indonesia mencapai 575 dollar AS (sekitar Rp 8,1 juta). Harga tersebut turun 30 persen dari kuartal lalu.
Ketertarikan masyarakat terhadap teknologi masa depan turut mempengaruhi pertumbuhan ponsel 5G di pasar domestik.
“Kami melihat dari new generation sudah aware dengan teknologi, dan itu akan menjadi suatu konsiderasi besar ke depannya apabila ada 5G. Mereka lebih teredukasi terhadap adanya penggunaan teknologi di dalam day-to-day gadget mereka,” ujar Mevira Munindra, Country Manager IDC Indonesia.
Selain minat konsumen, IDC menilai isu ketersediaan perangkat menjadi salah satu faktor yang juga memicu shipment smartphone berbasis generasi kelima.
“Salah satu yang kami capture dari pasar, kita ekspektasikan akan growing dari number of 5G karena ada shortage of supply dari shipment itu sendiri. Pasokan chipset juga berpengaruh pada smartphone shipment yang masuk ke Indonesia,” jelas Mevira.
Bila dilihat secara keseluruhan, pengiriman smartphone yang masuk ke Indonesia akan mencapai 47 juta unit di tahun 2022. Kontribusi smartphone 5G pun mencapai 15%. Mevira meyakini, 5G generation of smartphone di Indonesia bakal terus bertumbuh.
Seperti diketahui, beberapa operator seluler di Indonesia mulai menggulirkan layanan 5G secara komersil, yakni Telkomsel dan Indosat Ooredoo. XL Axiata baru-baru ini juga telah mengantongi Surat Keterangan Laik Operasi (SKLO).
Beberapa vendor smartphone juga telah merilis smartphone 5G yang kompatibel dengan spektrum yang digunakan operator seluler dalam menggelar 5G. Di antaranya adalah Oppo, Samsung, Realme, Vivo, dan Xiaomi. Beberapa di antaranya juga merilis smartphone 5G kelas menengah, seperti Samsung Galaxy A52s, Oppo A74 5G, dan Oppo Reno5 5G.
Pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) baru-baru ini juga telah menetapkan bobot Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN). Menkominfo, Johnny G Plate mengatakan, nilai TKDN perangkat 5G minimal harus 30 persen, seperti nilai TKDN perangkat 4G.
Menurut Menkominfo, nilai TKDN ini diharapkan bisa mendorong pemanfaatan perangkat 5G di Indonesia. Aturan TKDN 5G ini tertuang dalam Peraturan Menteri Kemenkominfo No.2 Tahun 2021 tentang Rencana Strategis Kementerian Komunikasi dan Informatika Tahun 2020-2024.
Smartphone 5G Mulai Ramaikan Pasar
Oppo menilai pasar smartphone Indonesia sangat penting, terutama untuk perangkat 5G. Oleh karena itu, Oppo menganggap pasar Indonesia lebih potensial untuk pertumbuhan smartphone 5G dibanding pasar-pasar smartphone lain di Asia Tenggara.
Hal ini dibuktikan dengan uji coba panggilan video pertama kali di Indonesia melalui jaringan 5G di tahun 2019.
“Jauh sebelum 5G itu berjalan, kami sudah melakukan kerjasama dengan salah satu stakeholder ekosistem 5G terutama adalah operator. Kita membuktikan bagaimana simulasi jaringan 5G itu berjalan” tutur Aryo Meidianto A., PR Manager Oppo Indonesia.
Selain itu, perusahaan teknologi asal Tiongkok itu juga memboyong perangkat-perangkat berkemampuan generasi kelima dimana pertama kali meluncur pada tahun 2020. Saat itu Aryo menyebut dua smartphone yaitu Find X2 dan Find X2 Pro, masih berstatus 5G-ready.
“Mengapa 5G-ready? Dalam artian kita masih menguji jaringannya, kita masih menunggu aturan dari pemerintah dimana nantinya perangkat-perangkat ini sudah dapat dibuka. Dan statusnya di tahun 2021 ini perangkat 5G-ready yang bersifat dikunci sementara ini sudah bisa menikmati jaringan 5G,” jelasnya.
Dua perangkat 5G pertama Oppo di Indonesia, yaitu Find X2 dan Find X2 Pro, kala itu termasuk smartphone flagship dengan banderol diatas Rp11 juta. Namun di tahun ini, Oppo lebih banyak meluncurkan smartphone 5G yang menyasar sampai ke kelas menengah mulai dari Rp3 jutaan. Smartphone 5G Oppo yang meramaikan pasar tanah air di tahun ini antara lain Reno5 5G, A74 5G, Reno6 5G, Reno6 Pro 5G, dan Find X3 Pro.
“Di 2021, perangkat yang kita sediakan mulai banyak menyasar ke market-market tertentu, mulai dari market high end, market premium, market menengah hingga market pemula yang kita posisikan dengan perangkat Oppo A74 5G,” pungkas Aryo.
Lebih lanjut dilihat dari market share Oppo, kontribusi smartphone 5G saat ini tercatat 36% di tahun 2021. Penjualan smartphone 5G juga mengalami kenaikan mencapai 68% berdasarkan periode 2020 ke 2021.
Puncak kenaikan penjualan smartphone 5G Oppo terjadi di bulan Juli 2021. Hal ini lantaran sudah ada dua operator telco yang melakukan peluncuran jaringan 5G meski dalam area yang terbatas.
Menurut Aryo, salah satu faktor yang mempengaruhi peningkatan penjualan smartphone 5G Oppo adalah semakin jelasnya aturan dari pemerintah terkait pengaplikasian jaringan 5G, dan mulai banyaknya vendor telekomunikasi yang melakukan uji coba hingga peluncuran jaringan 5G secara komersial.
“Ketika operator meluncurkan jaringan 5G, ada kecenderungan konsumen untuk mengganti perangkat mereka dengan perangkat-perangkat 5G. Sifat konsumen itu sebagai antisipasi takut ketinggalan teknologi sehingga banyak melakukan pembelian smartphone 5G. Oppo mencatat, tidak hanya satu perangkat namun juga dua perangkat,” tandasnya.
Potensi smartphone 5G di Indonesia
Pihak Oppo Indonesia menilai bahwa Internet of Thing (IoT) menjadi salah satu potensi 5G yang belum tergali secara maksimal di Indonesia.
Saat ini Oppo telah memiliki berbagai macam produk IoT yang terdiri dari smartband, smartwatch, dan juga True Wireless Stereo (TWS).
Meski masih bisa koneksi dengan jaringan 4G, namun Aryo mengatakan, mampu beroperasi secara maksimal menggunakan jaringan 5G.
“Karea IoT ini membutuhkan sebuah koneksi dengan latensi rendah. Dan dalam sebuah IoT ini kita memang menciptakan komunikasi machine-to-machine yang membuat komunikasi sederhana dari human-to-machine diubah,” ujarnya.
Kemudian saat jaringan 5G sudah lebih stabil dan merata, Oppo menjanjikan bakal membawa lebih banyak perangkat IoT ke Indonesia.
“Ini menjadi suatu potensi bagi kita. Oppo sangat mendukung apa yang dilakukan oleh pemerintah dan teman-teman operator untuk memperluas layanan 5G,” pungkas Aryo.
Di sisi lain, manufaktur chipset global Qualcomm memprediksi bahwa 5G akan membawa perubahan signifikan, salah satunya akan ada peningkatan revenue incremental sebesar 9-12%.
“Hal ini bisa di-breakdown berdasarkan consumer dan enterprise. Di consumer akan ada penambahan sebesar 6-9%, sementara enterprise sebesar 18-22%,” papar Shannedy Ong, Country Director Qualcomm Indonesia.
Dirinya menuturkan, Indonesia memiliki potensi unconstrained revenue yang paling besar dibanding negara-negara lain di Asia Tenggara. Ini berkat dua viable use cases yang cocok diterapkan di Indonesia yaitu B2B enrerproses smart manufacturing dan B2C FWA for consumer.
“Bila dua use case ini ditotalin, ini sudah mencakup hampir 1 miliar USD unconstrained revenue potential dari 5G,” ungkap Shannedy.
Menggali Potensi Smartphone 5G di Indonesia
