Mengenal HSDD, Kondisi yang Bikin Hubungan Intim Tak Nikmat Lagi


Jakarta –
Hypoactive sexual desire disorder (HSDD) adalah kondisi hilangnya hasrat dan fantasi seseorang untuk berhubungan seksual. Umumnya, kondisi ini lebih banyak dialami oleh wanita dibandingkan pria, yakni 8,9 persen dialami wanita usia hingga 44 tahun, 12,3 persen dialami wanita usia 45-64 tahun, dan 7,4 persen dialami wanita usia 65 tahun ke atas.
Adapun kondisi ini dapat disebabkan oleh masalah psikis, non-psikis, maupun gangguan medis seperti permasalahan hormon hingga kelainan fungsi organ. Namun penyebab HSDD yang paling sering dialami oleh wanita adalah faktor perubahan hormon ketika menjelang dan memasuki usia menopause.
Menurut dokter obstetri dan ginekologi dari RS Pondok Indah dr Putri Deva Karimah, SpOG, wanita dengan HSDD tidak memiliki keinginan untuk memikirkan segala hal mengenai seks hingga berhubungan intim. Bisa juga wanita dengan HSDD tidak merasa nyaman atau kenikmatan saat berhubungan intim. Hal ini akan berpengaruh pada proses siklus respons seksual wanita. Berikut tahapan siklus respons seksual manusia:
- Desire: keinginan, dorongan, dan motivasi untuk berhubungan. Dorongan ini biasanya timbul dengan adanya kerja dari otak (psikoneuroendokrin)
- Arousal: gairah saat berhubungan. Pada fase ini tahap lubrikasi pada vagina, kerja jantung, dan pernapasan semakin cepat.
- Orgasme: hubungan intim/seksual yang sehat akan melewati fase ini hingga mencapai puncak kepuasan. Pernapasan dan kerja jantung semakin meningkat, tekanan darah meningkat, terjadinya kontraksi otot yang menghasilkan ejakulasi pada pria, dan kontraksi rahim pada wanita.
- Resolution: Fase ini terjadi setelah tercapainya orgasme, tubuh akan menjadi rileks dan nyaman, pernapasan dan kerja jantung kembali normal. Namun, apabila tidak terjadi orgasme, justru ketidaknyamanan yang akan dirasakan.
Apabila dari salah satu fase/siklus ini tidak dilalui, tentu saja rasa nyaman, kenikmatan, hingga orgasme tidak dapat dicapai. Alih-alih malah rasa nyeri dan terganggu yang dirasakan.
Faktor Pemicu HSDD
Selain masalah psikis hingga non-psikis, ada sejumlah faktor yang juga bisa memicu kondisi HSDD. Di antarnya:
- Senyawa organik di otak yang bernama neurotransmiter tidak aktif, yang mengganggu hasrat dan fungsi seksual
- Masalah sulit tidur yang menyebabkan Anda mudah lelah
- Efek dari beberapa obat seperti obat antidepressant, obat kemoterapi, dan lain-lain
- Beberapa penyakit penyerta, seperti diabetes, masalah jantung, inflammatory bowel disease (IBD), kanker, dan lain-lain
- Kehamilan, persalinan, atau sedang menyusui
- Penurunan hormon estrogen menyebabkan kurangnya lubrikasi pada vagina dan menyebabkan rasa nyeri ketika berhubungan intim (dispareunia).
Gejala HSDD
Terdapat sejumlah gejala HSDD yang penting untuk diketahui. Adapun di antaranya, seperti:
- Sedikit atau tidak ada minat pada aktivitas seksual
- Sedikit atau tidak ada pikiran atau fantasi seksual
- Hilangnya ketertarikan dalam memulai seks
- Kesulitan mendapatkan kesenangan dari seks
- Kurangnya sensasi yang menyenangkan saat alat kelamin distimulasi.
Samakah dengan Kecenderungan Aseksual?
Dalam kesempatan yang berbeda, pakar seks dr Boyke Dian Nugraha, SpOG, menjelaskan HSDD berbeda dengan aseksual. Pada orang dengan HSDD, sama sekali tidak ada nafsu walaupun rasa tertarik dengan pasangannya masih ada.
“Nggak ada napsu. Beda dengan aseksual, aseksual sama sekali nggak ada apa-apa. Napsu nggak ada, ketertarikan nggak ada. Dia (HSDD) tertarik, tapi dia nggak ada napsunya,” terangnya, Senin (27/2).
“Kalo hyposexual itu, berarti dia itu tidak ada gairah dan tidak ada nafsu. Kalau aseksual, dia nafsu ada tapi sama sekali tidak tertarik dengan yang namanya seks,” imbuh dr Boyke.
Bisakah Diobati?
Pada kondisi tertentu, orang dengan HSDD mungkin memerlukan penanganan dengan obat. Pasalnya jika HSDD dipicu oleh masalah hormon, pasien mungkin memerlukan terapi hormon.
Wanita dengan HSDD mungkin memerlukan terapi estrogen yang mendongkrak libido. Begitu juga laki-laki dengan kadar testosteron yang rendah mungkin memerlukan terapi untuk meningkatkan gairah seks.