Lawan Masyarakat Anti Vaksin Melalui Literasi Digital

 Jakarta, – Guna melancarkan program vaksinasi Covid-19,  Siberkreasi bersama Kementerian Komunikasi dan Informatika serta Komisi Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional, menyelenggarakan program literasi digital tentang pentingnya pemberian informasi berimbang, mengenai vaksinasi Covid-19 dan disiplin dalam menerapkan protokol Kesehatan.

Hal ini penting dihadirkan guna meredam vaccine hesitancy atau keengganan dan ketidakpercayaan masyarakat terhadap vaksin, yang digadang-gadang menjadi salah satu penyebab penghambat terbesar dalam upaya melindungi masyarakat dari penyakit berbahaya yang bisa dicegah dengan imunisasi, seperti Covid-19.

Baca juga: Hati-Hati, Hoaks Vaksin Covid-19 Melonjak Tajam

“Karena tak dipungkiri, miss-informasi yang beredar terkait vaksinasi Covid-19,  menjadi salah satu penyebab semakin tingginya vaccine hesitancy di dalam masyarakat saat ini,” kata Risang Rimbatmaja, C4D UNICEF mengungkapkan meminimalisasi dalam  dialog digital bertema ‘Komunikasi Interpersonal Pentingnya Vaksin dan Perubahan Perilaku’ Kamis, (4/1).

Berdasarkan survei persepsi masyarakat terhadap vaksinasi Covid-19 yang dilakukan Kementerian Kesehatan dan Indonesia Advisory Group on Immunization (ITAGI) dengan dukungan WHO dan UNICEF pada September 2020, menunjukan 65 persen masyarakat menerima vaksin Covid-19. Namun, pada December 2020 angka penerimaan masyarakat terhadap vaksin Covid-19 turun menjadi 30%.

“Saat ini terjadi dinamika penerimaan vaksin Covid-19 di dalam masyarakat Indonesia. Hal ini disebabkan adanya kesalahan informasi yang diterima masyarakat terkait keamanan efektivitas vaksin, kejadian ikutan pasca Imunisasi (KIPI), sampai dengan teori konspirasi yang saat ini banyak bereda,” lanjut Risang.

Baca juga: Program Vaksinasi Covid-19 Diperkuat Sistem Informasi Satu Data

Kemudian hal yang perlu diperhatikan menurut Risang, pemberitaan media yang berimbang dan akurat mengenai vaksinasi juga menjadi kunci meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap vaksinasi.

“Literasi digital dan komunikasi interpersonal yang efektif, terutama pada key opinion leader dalam masyarakat pun juga dapat membantu meningkatkan kepercayaan masyarakat tersebut, sekaligus menggiring perubahan perilaku masyarakat menjadi lebih disiplin dalam menjalankan protokol kesehatan seperti mengenakan masker, menjaga jarak, mencuci tangan, menjauhi kerumunan, mengurangi mobilitas serta memakai hand sanitizer,” paparnya.

Baca juga: Pengamat: Aturan OTT Global, Perlu Perhatikan Potensi Praktik Persaingan Usaha Tidak Sehat

Sementara itu, Dr. Devie Rahmawati, Peneliti dan Pengajar Tetap Vokasi UI yang juga menjadi pembicara dalam webinar ini mengatakan, “Kondisi yang terjadi pada masyarakat saat ini akibat masih minimnya pengetahuan masyarakat, penyerapan informasi yang masih rendah serta masih banyaknya disinformasi berita mengenai Covid-19. Maka dari itu, sangat dibutuhkan wadah dan sarana dalam memberikan informasi mendalam mengenai Covid-19, salah satunya dengan literasi digital” jelasnya.

Catatan terbaru, hingga akhir Minggu ke-empat Januari 2020 sampai 1 Februari 2021, Tim AIS Kementerian Kominfo telah menemukenali 1402 kasus hoaks terkait Covid-19. Jika sebaran diitung per paltform digital, terdapat sebanyak 2.422 hoaks yang ditemukan di Facebook, Twiiter, Instagram, Tik Tok dan Youtube. Jika dikalkulasikan data hoaks terkait Covid-19 sebaranya tediri dari 1701 di Facebook, 21 sebaran di Instagram, 490 sebaran di Twiitter dan di Youtube ada 20 sebaran.

Terima kasih telah membaca artikel

Lawan Masyarakat Anti Vaksin Melalui Literasi Digital