
Krisis Komponen Mulai Menyengat Pasar Smartphone India dan Indonesia

Jakarta, – Minimnya produksi chip dan komponen lainnya, telah berdampak pada menurunnya permintaan smartphone di sejumlah negara. Tidak terkecuali India dan Indonesia. Dua negara selain China yang tergolong sebagai pasar strategis, mengingat besarnya populasi.
Lembaga riset pasar, Canalys memperkirakan permintaan ponsel India akan kembali anjlok. Kendala pasokan pada smartphone kelas bawah telah yang memperlambat pengiriman di kuartal sebelumnya, diperkirakan akan berlanjut pada Q4-2021.
Dengan meningkatnya biaya komponen dan logistik, dan kekurangan kontainer yang mengakibatkan waktu tunggu yang lebih lama, maka harga eceran ponsel dipastikan akan lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya.
Canalys melaporkan, pengiriman ponsel di negeri Bolywood itu pada Q3-2021 anjlok sebesar 5% tahun-ke-tahun menjadi 47,5 juta unit. Tercatat lima vendor teratas semuanya mencatat penurunan.
Xiaomi mempertahankan posisi teratas meskipun pengiriman turun 14% menjadi 11,2 juta unit, dengan pangsa pasar 24%. Samsung berada di urutan kedua dengan pangsa 19%, setelah pengiriman turun 10% menjadi 9,1 juta unit. Vivo duduk di posisi ketiga mengirimkan unit 8% lebih sedikit pada 8,1 juta untuk pangsa 17%.
Realme berada di urutan keempat dengan 16% pangsa setelah penurunan 14% dalam pengiriman menjadi 7,5 juta, sementara Oppo tetap di urutan kelima dengan 13 persen pangsa pada 6,2 juta unit, turun 7 persen.
Menurut analis riset Canalys Sanyam Chaurasia, pasar smartphone di India akan terus tumbuh terutama di segmen premium.
“Untuk meningkatkan penjualan di segmen vendor harus menggunakan promosi untuk membuat model kelas atas mereka lebih menarik dan “merebut kesempatan untuk mendorong stok lama ke saluran menjelang periode liburan”, ujar Sanyam.
Jash Shah, juga analis riset, menambahkan bahwa pertarungan untuk pangsa pasar semakin intensif di India”, dengan vendor “menggunakan berbagai strategi, dari memperluas bauran produk mereka hingga meningkatkan cakupan saluran mereka, untuk meningkatkan pengiriman dan nilai”.
“Persaingan sepertinya tidak akan berhenti dalam waktu dekat, karena merek penantang seperti Transsion berusaha untuk meningkatkan dan mengganggu pemain lama di India”, pungkasnya.
Vendor Naikkan Harga Smartphone
Berbeda dengan India, Canalys dan lembaga riset pasar lainnya, sejauh ini belum melaporkan pengiriman smartphone di Indonesia sepanjang Q3-2021. Pada periode sebelumnya, pasar smartphone Indonesia tetap menggiurkan meski negara berjuang terus melawan Covid-19.
Lembaga riset IDC mengungkapkan bahwa pengiriman smartphone pada kuartal kedua 2021 di pasar domestik, tumbuh 49% dibandingkan kuartal II 2020. Angka itu menunjukkan kenaikan sebesar 10% dibandingkan kuartal yang sama 2019, mencapai 10,6 juta unit karena dorongan penjualan yang tetap kuat untuk sebagian besar vendor di kuartal kedua.
Meski terjadi peningkatan, namun IDC mencatat bahwa average selling price (ASP) smartphone turun menjadi US$172 dari US$ 178 pada kuartal I-2021 lalu. Disebabkan penurunan daya beli masyarakat. Sehingga ponsel kelas bawah menjadi primadona yang digunakan terutama untuk PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh).
Sayangnya momentum pertumbuhan itu, terkendala oleh kurangnya pasokan komponen. Sehingga membatasi potensi pertumbuhan pengiriman smartphone pada tahun ini. Apalagi minimnya pasokan komponen diprediksi baru akan berakhir pada 2023 mendatang.
Di sisi lain, adanya gelombang kedua pandemi Covid-19 pada Juni 2021, mendorong pemerintah menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) berskala mikro menjadi PPKM Darurat yang lebih ketat di bulan Juli.
Kebijakan PPKM yang lebih ketat di wilayah Jawa-Bali dan beberapa titik penting di luar Jawa-Bali menyebabkan penjualan retail anjlok di tempat-tempat tersebut.
Hal ini diperkirakan akan berdampak pada menurunnya penjualan pada Q3-2021. Alhasil, kebijakan PPKM dan keterbatasan pasokan komponen yang terus berlanjut, menambah tekanan pada pasar smartphone.
Menurut pengamat gadget Lucky Sebastian, berkurangnya pasokan komponen terutama chip yang merupakan otak dari smartphone, akan memaksa vendor untuk “berakrobat – ria”. Vendor dipaksa mengambil keputusan strategis agar tidak terkubur dari persaingan.
“Mulai dari men-downdgrade spesifikasi, mengurangi produksi, hingga menaikan harga jual”, ujar Lucky.
Lucky yang juga mendiri komunitas Gadtorade menilai, dalam jangka pendek kelangkaan pasokan akan menghambat penjualan smartphone di Indonesia, yang sebelumnya terlihat mulai pulih meski pandemi covid-19 belum berakhir. Meski demikian, ke depan ia memprediksi pasar kembali bergairah mengingat Indonesia telah memasuki era 5G.
Dengan harga smartphone yang semakin terjangkau, banyaknya merek yang saling bersaing, dan ketersediaan frekwensi oleh operator selular, membuat smartphone 5G kelak akan menjadi buruan masyarakat Indonesia, tandas Lucky.
Krisis Komponen Mulai Menyengat Pasar Smartphone India dan Indonesia
