
Ketersediaan Spektrum Penting untuk Hadirkan Layanan 5G yang Ideal

Jakarta, – Ketersediaan spektrum adalah dasar untuk pengelaran 5G. Alokasi jaringan sejauh ini sudah terlihat, namun masih belum pasti, karena sejauh masih dialokasikan untuk hal lain.
Seperti yang kita ketahui jaringan 5G yang digelar Indosat Ooredoo secara teknis mengoprasikan pada pita frekuensi 1800 MHz atau 1,8 GHz, dengan lebar pita 20 MHz dalam rentang 1837,5 MHz sampai dengan 1857,5 MHz. Sementara Telkomsel saat ini mengoperasikan 30MHz di pita 2.300 MHz atau 2,3 Ghz.
Baca juga: Spektrum, Infrastruktur dan Pengembangan Ekosistem Digital Kunci Penting Implementasi 5G
Dan yang paling menarik sebenarnya ketika Smartfren pada Kamis (17/6) mengelar uji coba 5G dengan menggunakan frekuensi 26 Ghz atau Milimeter-wave (mmWave). Dari hasil uji coba tersebut, menghasilakan kecepatan jaringan 5G yang luar biasa yaitu tembus hingga 1,85 gbps atau gigabits per second.
Sekedar informasi pula Pita frekuensi 26 Ghz ini merupakan rekomendasi organisasi telekomunikasi internasional, International Telecommunication Union (ITU), yang dalam acara World Radiocommunication Conference (WRC) 2019, telah ditetapkan rekomendasi tiga spektrum untuk 5G, yakni 26 GHz (24,5-27,5GHz), 40 GHz (37-43,5 GHz) dan 66 GHz.
Frederic Chapelard, Sales and Business Management Unit Head, Mobile Networks, Nokia Indonesia kepada Selular menjelaskan, pemerintah telah membuat roadmap yang jelas dan sudah dimungkinkan untuk diselengarakan dengan jaringan yang selama ini sudah tersedia.
Baca juga: Nokia XR20 Tengah Disiapkan, Smartphone 5G dari Kelas Entry Level
“Kami awalnya akan melihat beberapa spektrum di jaringan 700 Mhz datang secara bertahap selama 6 hingga 18 bulan ke depan, kemudian diikuti oleh jaringan 3,5 GHz dan 2,6 GHz dalam 18 dan 26 bulan kedepan. Setiap pita spektrum ini akan mendukung fase dan fokus penerapan yang berbeda,” terangnya.
Sekedar informasi pula, frekuensi 700 MHz akan diperoleh melalui kebijakan migrasi TV analog ke TV digital atau Analog Switch Off (ASO). Sedangkan frekuensi 2,6 GHz bakal diperoleh setelah izin frekuensi indovision berakhir di tahun 2024.
Sementara itu, Sigit Puspito Wigati Jarot selaku Ketua Forum 5G Indonesia menerangkan operator masih memiliki banyak kendala untuk mengembangkan bisnis 5G di Indonesia. Khususnya dalam hal ketersediaan spektrum frekuensi yang sangat terbatas.
Kemudian masyarakat bisa merasakan layanan 5G ketika operator telekomunikasi sudah mendapatkan frekuensi 100 MHz contigous atau mmWave yang lebar frekuensinya bisa ratusan MHz. “Frekuensi yang ada saat ini jauh dari optimal. Kini operator yang menyelenggarakan 5G hanya sekadar memberikan layanan agar masyarakat dapat mencicipi 5G, bukan 5G yang sebenarnya. Operator baru optimal dapat menyelenggarakan 5G jika sudah memiliki frekuensi minimal 80 MHz contigous, bukan terpencar-pencar. 5G akan semakin terasa ketika operator sudah mendapatkan frekuensi millimeter waves,” jelasnya dalam keterangan resminya.
Baca juga: Manfaatkan 26 Ghz, Smartfren Uji Coba 5G Cocok untuk Industri!
Ia berharap pemerintah dapat segera menyiapkan frekuensi millimeter waves tersebut untuk layanan 5G di Indonesia. Saat ini ekosistem 5G di frekuensi 700 MHz dan 2.600 MHz sudah terbentuk, sehingga frekuensi 2.600 MHz sangat ideal untuk layanan 5G. Selain itu, saat ini tren teknologi 5G juga menuju ke arah 700 MHz dan 2.600 MHz
“Jika pemerintah ingin operator telekomunikasi dapat memberikan layanan 5G yang optimal seharusnya frekuensi 2.600 MHz bisa segera dibebaskan. Tugas pemerintah dalam hal ini Kemenkominfo untuk menyiapkan frekuensi, sehingga dapat dimanfaatkan operator selular eksisting untuk menyelenggarakan 5G,” tandasnya.
Ketersediaan Spektrum Penting untuk Hadirkan Layanan 5G yang Ideal
