
Kesaksian Dokter Pediatri Tangani Anak-anak Gaza Korban Kekejaman Israel

Jakarta –
Anak-anak juga menjadi korban kebrutalan serangan Israel saat konflik di Gaza dengan Hamas memanas. Setidaknya 3.900 anak di Gaza meninggal akibat insiden tersebut.
Israel diketahui membombardir sejumlah gedung tempat berlindung warga Gaza mulai dari sekolah, universitas, rumah sakit dan kamp pengungsian. Para dokter yang bekerja di lokasi tersebut menggambarkan kengerian mereka saat menangani pasien, terutama yang masih anak-anak.
Para dokter di Rumah Sakit Al Shifa yang terbesar di wilayah tersebut menangani anak-anak dengan sebagian besar tubuh dan wajah mereka terbakar, kehilangan anggota tubuh dan cedera parah. Bahkan pasien anak harus dioperasi tanpa anastesi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Anak-anak datang dengan sebagian besar tubuh dan wajah mereka terbakar, anggota tubuh hilang. Cedera yang mengerikan, dan dokter kehabisan obat anestesi, tidak cukup ruang pasca operasi untuk merawatnya. Antibiotik tidak cukup. Tidak cukup balutan,” kata Dr Tanya Haj-Hassan, spesalis perawatan intensif anak dari Doctor Without Borders (MSF) kepada CNN ditulis Senin (6/11/22023).
Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) melaporkan lebih dari 40 persen korban tewas di Gaza adalah anak-anak. Sekitar 3.900 wafat dan 1.250 lainnya hilang diperkirakan terkubur di bawah bangunan yang dibom.
Dengan sedikitnya peralatan menyelamat dan rumah sakit yang penuh sesak, peluang anak bertahan hidup sangatlah rendah.
“Jumlahnya jelas merupakan bencana besar,” kata juru bicara Unicef, Toby Fricker dikutip dari The Guardian.
Selain itu kelompok anak paling berisiko adalah mereka yang lahir di masa perang. Diperkirakan ada 50 ribu ibu hamil di Gaza dan dengan ditutupnya 14 RS serta 45 klinik, mereka bisa melahirkan di jalan di tengah reruntuhan.
Kesaksian Dokter Pediatri Tangani Anak-anak Gaza Korban Kekejaman Israel
