Kemenkes Akui Tak Mudah Masukkan Pendidikan Seks-Kespro ke Pesantren

Jakarta

Geger kabar kasus pemerkosaan belasan santriwati hingga hamil oleh tenaga pendidik di salah satu pondok pesantren Bandung, Jawa Barat. Lantaran kerap dianggap tabu, pendidikan seks dan kesehatan reproduksi masih menjadi ‘PR’ besar di Indonesia, termasuk di pesantren.

“Kita sedang membangun, sebetulnya dari dulu kita sudah mulai masuk tapi kan tidak mudah. Sekarang tahun ke depannya ini, kita sudah mulai masuk ke pesantren-pesantren,” terang terang Plt Dirjen Kesehatan Masyarakat (Kesmas) Kemenkes RI, drg Kartini Rustandi, di Boyolali, Jawa Tengah, Jumat (10/12/2021).

“Kita manfaatkan ibu muslimah, Ibu NU (Nahdlatul Ulama) untuk membina pesantren. Tentu kembali lagi harus dikuatkan oleh teman-teman di Puskesmas maupun Dinas Kesehatan,” lanjutnya.

Ia mencontohkan, pembicaraan kondom sebagai alat proteksi untuk seks yang aman masih dianggap tabu. Padahal tak bisa menutup mata, seks yang dilakukan tidak aman tanpa menggunakan kondom justru lebih berisiko.

“Memang kita bilang kita beragama, tapi bukan berarti nggak boleh ada informasi kan,” sambungnya.

Ia mengakui, memang terdapat nilai-nilai moral di Indonesia yang tak bisa dibandingkan dengan nilai di sejumlah negara lain yang mungkin lebih bebas, termasuk soal kebebasan berhubungan seks.

Maka itu, penting untuk mengemas informasi seputar seks dan kesehatan reproduksi dalam edukasi yang tepat. Misalnya, menggunakan buku-buku informatif. Tak dipungkiri, edukasi seks memang memerlukan cara yang tepat untuk memberi contoh dan pemahaman, khususnya pada remaja.


Terima kasih telah membaca artikel

Kemenkes Akui Tak Mudah Masukkan Pendidikan Seks-Kespro ke Pesantren