Kasus Subvarian Omicron BA.2 Mulai Meningkat, Apa Kemungkinan Dampaknya?

Jakarta

Perkembangan subvarian Omicron BA.2 masih diawasi oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Subvarian yang dijuluki ‘Omicorn siluman’ tersebut dilaporkan mengalami peningkatan kasus di beberapa negara, termasuk Indonesia.

Spesialis Paru RS Persahabatan dan Pokja Infeksi Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), dr Erlina Burhan, SpP(K), mengatakan BA.2 sebetulnya sudah diidentifikasi di Indonesia sejak Januari 2022.

“Subvarian BA.2 ini kejadiannya meningkat di India dan Denmark. Belakangan juga di Indonesia mulai tinggi angka BA.2 ini,” kata dr Erlina beberapa waktu lalu seperti dikutip dari CNBC Indonesia.

Dampak dari Omicron BA.2

Eks Direktur WHO Asia Tenggara Profesor Tjandra Yoga Aditama mengatakan sejauh ini dampak dari BA.2 masih dipelajari. Ada studi yang melihat BA.2 bisa menyebabkan gejala lebih parah, tapi ada juga laporan dari beberapa negara yang menyebut gejalanya sama saja dengan Omicron biasa.

“Publikasi pra-cetak 16 Februari 2022 dari Jepang yang berjudul ‘virological characteristics of SARS-CoV-2 BA.2 variant’ menyebutkan nampaknya BA.2 dapat lebih berat. Uji coba pada binatang memang menunjukkan bahwa BA.2 dapat menimbulkan dampak klinik lebih berat, tetapi ini pada binatang percobaan, belum tentu terjadi terjadi pada manusia,” kata Prof Tjandra dalam keterangan yang diterima detikcom pada Senin (28/2/2022).

Lebih jauh subvarian BA.2 disebut juga bisa mengurangi efektivitas obat antibodi monoklonal dan lebih mudah menular.

“Angkanya rata-rata BA.2 dunia mencapai 21.09% dari semua Omicron, jadi satu dari lima Omicron di dunia sekarang ini adalah jenis BA.2,” ungkap Prof Tjandra.

“Indonesia perlu waspada dan mengambil langkah antisipasi yang tepat, kalau-kalau BA.2 juga akan meningkat di negara kita,” pungkasnya.


Terima kasih telah membaca artikel

Kasus Subvarian Omicron BA.2 Mulai Meningkat, Apa Kemungkinan Dampaknya?