Shopee Affiliates Program

IPO Bukalapak Sukses Besar, Empat Investor Utamanya Kebagian Untung Paling Besar

Jakarta, – Saham Bukalapak, unicorn teknologi pertama yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), tercatat melonjak hampir 25% dalam debut perdagangan mereka pada Jumat (6/8/2021). Para investor berebut untuk mendapatkan bagian dari perusahaan e-commerce terbesar keempat di negara itu di sektor yang sedang booming.

Perusahaan e-commerce yang telah genap berusia 11 tahun itu, mampu mengumpulkan $ 1,5 miliar dalam penawaran umum perdana (IPO) terbesar di negara Asia Tenggara itu.

Dilansir dari Reuters, saham Bukalapak diketahui naik menjadi Rp1.060 ($0,0738) setelah mencapai batas 25%. Tercatat puluhan ribu investor membeli saham melalui platform online seperti Ajaib dan Stockbit, begitu pun dengan investor institusi yang terus berdatangan.

Daftar ini telah memicu kegembiraan di komunitas startup dan investasi dan diharapkan menjadi tolok ukur bagi perusahaan lain yang ingin melakukan IPO di wilayah di mana investor global mengejar pasar e-commerce yang tumbuh cepat.

“Keberhasilan IPO Bukalapak akan menciptakan efek bola salju dan menunjukkan jalan untuk lebih banyak listing di Indonesia,” kata Willson Cuaca, salah satu pendiri dan mitra pengelola di East Ventures, sebuah perusahaan modal ventura yang berfokus di Indonesia.

IPO Bukalapak dilakukan dalam momentum yang terbilang tepat, saat pasar e-commerce Indonesia yang bernilai $40 miliar mendapat dorongan dari konsumen yang tinggal di rumah dan pergeseran oleh lebih banyak bisnis untuk menjual secara online di masa pandemi.

“IPO Bukalapak menunjukkan bahwa ada pasar yang besar dan dinamis untuk unicorn Indonesia yang tumbuh di dalam negeri,” kata Antonio Puno, Head of Southeast Asia Corporate Finance  Bank of America, koordinator global bersama untuk masalah ini dengan UBS.

Bukalapak, yang berfokus pada usaha mikro, kecil dan menengah di luar kota-kota besar di negara terbesar di Asia Tenggara dan kepulauan yang luas, berada di belakang Tokopedia, Shopee dan Lazada Alibaba.

Hingga akhir 2019, Bukalapak telah memberdayakan 4 juta usaha kecil di seluruh Indonesia, dan 500 ribu warung yang tergabung di Mitra Bukalapak, 700 ribu pelaku usaha mandiri, dengan jumlah pengguna sebanyak 50 juta pengguna di seluruh Indonesia.

Saat ini Bukalapak terus mengenjot kemitraan dengan lebih banyak usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), yang sebagian besar belum terhubung dengan platform digital. Mitra yang sudah digandeng mencapai 6,9 juta tahun lalu dan Bukalapak kini fokus untuk memberdayakan 13,5 juta UMKM luring dan daring melalui pemanfaatan teknologinya.

“Per akhir Desember 2020, jumlah mitra yang terdaftar sebanyak 6,9 juta. Pertumbuhan penjualan permitra setelah bergabung mencapai tiga kali lipat, berdasarkan estimasi internal perusahaan,” kata Presiden Direktur Bukalapak Rachmat Kaimuddin dalam paparan publik beberapa waktu lalu.

Sukses IPO Bukalapak tentunya membuat investor utama yang selama ini menjadi induk semang perusahaan kebagian untung paling besar. Keempat investor itu adalah Ant Financial, Mirae Asset-Naver Asia, GIC Pte Ltd dan EMTEK Grup dari Indonesia. Diprediksi, total suntikan dana empat investor itu yang didapat Bukalapak sebesar 200 juta dollar AS dan sudah diberikan enam kali sejak perusahaan berdiri pada 2010. Berikut sekilas profil keempat investor awal Bukalapak itu.

Ant Financial

Ant Financial yang sebelumnya  dikenal dengan Alipay merupakan perusahaan penyedia platform pembayaran pihak ketiga terkemuka di dunia, yang bergerak dibidang financial technology atau fintech. Perusahan ini didirikan oleh Jack Ma, pendiri jaringan e-commerce terbesar di China, Alibaba.

Mirae Asset-Naver Asia Growth Fund

Pada Januari 2019 dua perusahaan asal Korea Selatan Mirae Asset-Naver Asia Growth Fund bekerjasama mengucurkan dana untuk Bukalapak. Perusahaan itu berencana untuk terus berinvestasi pada perusahaan yang memiliki pertumbuhan tinggi, terus berinovasi, dan tentunya yang dapat memberikan keuntungan jangka panjang, seperti e-commerce, platform internet, kesehatan, barang konsumsi, distribusi, serta logistik.

GIC

Government of Siangapore Investment Corporation Private Limited atau GIC adalah sebuah perusahaan dana investasi pemerintah yang didirikan pemerintah Singapura pada 1981 untuk mengelola dana cadangan devisa Siangapura. GIC berinvetasi  dalam equitas, fixed income, instrument pasar uang, real estate dan investasi khusus seperti Bukalapak.

Grup Emtek 

Grup Emtek merupakan perusahaan yang dimiliki oleh Eddy Kusnadi Sariaatmadja. Dia tercatat sebagai orang terkaya ke-11 di Indonesia pada 2018 versi majalah Forbes. Kekayaan Eddy diproyeksi mencapai 1,33 miliar dollar AS atau setara dengan Rp 18,62 triliun dengan kurs dollar AS terhadap  rupiah Rp14.000. Grup Emtek memiliki tiga bisnis televisi FTA, yakni SCTV, Indosiar, dan O-Channel.

Grup Emtek memang gencar berinvestasi pada sektor digital. Misalnya, platform Blackberry, bobobobo.com, PropertyGuru Pte., Ltd., Bridestory Pte., Ltd., Hijup.com, Kudo, KMK Online, termasuk juga investasi lanjutan di Bukalapak. Terbaru, grup ini telah menginvestasikan US$ 375 juta atau sekitar Rp 5,44 triliun di Grab Indonesia, perusahaan ride-hailing dan pembayaran yang berbasis di Singapura.

Terima kasih telah membaca artikel

IPO Bukalapak Sukses Besar, Empat Investor Utamanya Kebagian Untung Paling Besar