Insisi Lip Tie dan Gejalanya pada Bayi

Jakarta –
Insisi lip tie merupakan tindakan yang dilakukan tim medis untuk menormalkan kembali bentuk lidah. Lip tie juga menjadi suatu kondisi yang membatasi jangkauan gerakan bibir si kecil.
Dikutip dalam pubmed.gov, lip tie adalah selaput jaringan otot yang menghubungkan bibir atas ke gusi bagian atas sehingga membatasi mobilitas mulut karena terlalu tebal dan ketat. Kondisi ini lebih banyak ditemukan pada laki-laki dibandingkan perempuan serta sekitar 4-11 persen bayi yang baru lahir.
Menurut dr Meta Hanindita, SpA dari RSUD Dr Soetomo Surabaya yang diwawancarai detikHealth beberapa waktu lalu menyebutkan lip tie memiliki empat kelas. Kelas satu, frenulum bibir atas melekat di bagian atas gusi. Kelas dua, frenulum melekat di sebagian besar gusi. Kelas tiga, frenulum melekat di bagian depan papila (jaringan lunak di tepi gusi). Dan kelas empat, frenulum menempel di papila memanjang hingga ke bagian dalam gusi.
Penyebab lip tie pada bayi hingga saat ini belum diketahui secara pasti. Namun beberapa penelitian mengemukakan bahwa bayi dengan mutasi gen MTHFR (yang berperan dalam pembentukan mulut, termasuk bibir) memiliki risiko tujuh kali lipat lebih tinggi untuk mengalami lip tie.
Apakah lip tie bisa sembuh sendiri?
Lip tie sebenarnya tidak berbahaya asalkan berat badan bayi bertambah sesuai usianya. Karena beberapa kasus bayi yang mengalami lip tie kesulitan untuk menyusu jadi ini bukanlah penyakit atau gejala dari masalah serius, hanya perbedaan anatomi saja.
Lip tie kelas berat biasanya harus dilakukan tindakan frenotomi dengan teknik insisi lip tie, terutama jika terjadi masalah menyusui setelah dilakukan evaluasi. Tindakan yang dapat dilakukan untuk mengobati lip tie yaitu frenulotomy atau frenotomy atau frenectomy.
Namun ada juga pendapat yang mengatakan anak dengan lip tie biasanya tak berpengaruh pada proses menyusui, berbeda dengan tongue tie.
Menurut dr I Gusti Ayu Nyoman Partiwi SpA atau dr Tiwi, dari RS Bunda Jakarta justru menyebutkan bahwa lip tie tidak berpengaruh pada proses menyusui dan biasanya tidak memerlukan tindakan apapun.
Dari pengalamannya menjadi Satgas PP ASI Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dr Tiwi mengatakan dirinya hampir tak menemukan bayi dengan lip tie yang memiliki masalah dalam menyusui atau memerlukan tindakan khusus.
Tentunya jika Bunda mengalami anak dengan lip tie tentunya harus berkonsultasi dulu kepada dokter. Nantinya akan diperiksa apakah kondisi tersebut menggangu proses menyusui dan tumbuh kembangnya atau tidak.