Shopee Affiliates Program

Ini Dia Tantangan yang Hadir Ditengah Transisi ke 5G

Jakarta, – Kehadiran 5G, telah menghadirkan peluang baru bagi perusahaan untuk berkembang lebih jauh lagi. Namun, hal ini juga menciptakan tantangan karena memerlukan pendekatan baru untuk desain dan pengoperasian infrastruktur jaringan, yang dimana keberhasilan 5G bergantung pada hal tersebut.

Surung Sinamo, Contry Manager F5 Indonesia menjelaskan  jaringan seluler 5G akan memberikan perusahaan konektivitas yang lebih baik dan latensi yang lebih rendah, yang memungkinkan perangkat merespons lebih cepat ke perangkat lain.

Baca juga: Selain Poco M3 Pro 5G, Smartphone 5G ini Juga Dibandrol Terjangkau!  

“Oleh karena itu, 5G dapat membantu perusahaan meningkatkan penawaran layanan mereka dan bahkan menciptakan layanan baru yang lebih menguntungkan bagi pelangg n mereka, dengan memanfaatkan banyak keuntungan yang ditawarkan 5G dari analitik bisnis secara real-time hingga konektivitas yang lebih baik,” terangnya, Kamis (1/7).

Penyedia layanan (Service Provider) terus mengalami transformasi digital saat mereka bermigrasi ke 5G. Dalam mempersiapkan penerapan 5G dan edge computing, perusahaan perlu mendesain ulang mobile network dan IT architectures mereka dari awal. Beralih dari arsitektur jaringan berbasis alat yang monolitik dan memanfaatkan IT architectures horizontal.

“Dengan arsitektur 5G yang terdistribusi, muncul kebutuhan untuk mengurangi kompleksitas dalam penerapan (deploy), pengelolaan (manage), dan pemeliharaan (maintain) life cycle dari puluhan ribu kluster Kubernetes atau platform open-source yang digunakan untuk melakukan manajemen workloads,” lanjutnya.

Baca juga: Bos Huawei: Pertumbuhan 5G Didorong Konsumen, Rumah dan Bisnis

Dengan transisi dari 4G ke 5G, service provider harus mendukung virtual network functions (VNF) bersamaan dengan cloud-native functions (CNF). Memiliki beberapa cloud stacks VNF dan CNF, akan membuat pengelolaan jaringan semakin sulit.

Saat service provider melanjutkan migrasi mereka, beberapa implementasi jaringan yang ada akan memiliki lingkungan Kubernetes yang terpisah (siloed), yang didasarkan pada implementasi vertical stack tervirtualisasi tertentu.

“Implementasi vertical stack terjadi ketika setiap vendor memperkenalkan infrastruktur mereka sendiri, sehingga meningkatkan penguncian (vendor lock-in) dan kompleksitas vendor. Pendekatan vertical stack juga mempersulit penerapan beberapa layanan digital dan beban kerja (workload) yang dapat dengan mudah dipakai dan dikelola misalnya, gaming, manufaktur, IoT, dan fintech. Memiliki jaringan yang didasarkan pada implementasi vertical stack juga mengurangi keamanan jaringan perusahaan karena mereka sekarang perlu mempercayakan bahwa masing-masing vendor mengaktifkan enkripsi Kubernetes mereka masing-masing,” ungkapnya.

Baca juga: Gandeng Cisco, Layanan 5G Indosat Ooredoo Implementasikan SRv6

Mengoperasikan jaringan perusahaan kini menjadi jauh lebih rumit dengan banyak vendor yang membawa beberapa sistem operasional, menyebabkan biaya operasi jaringan meningkat.

Surung  juga menjelaskan manajemen lifecycle yang tepat juga merupakan prasyarat karena kompleksitas yang diakibatkan jaringan 5G multi-cloud yang terdistribusi. Yang terpenting, sangat krusial untuk menjaga visibilitas ke dalam jaringan dengan perangkat yang tepat yang diperlukan untuk mengelola dan memelihara seluruh jaringan secara end-to-end.

“Bagian penting dari jaringan 5G adalah kemampuan untuk memperbesar (scale-in) dan memperkecil (scale-out) sesuai kebutuhan untuk mengalokasikan kembali kapasitas dari satu aplikasi yang tidak memerlukannya ke aplikasi lain yang membutuhkan, bersama dengan kemampuan untuk menyesuaikan skala untuk mengakomodasi penggunaan use case edge enterprise. Scale-in dan scale-out hanya dapat berhasil dilakukan jika menggunakan suatu platform yang umum,” tandasnya.

Terima kasih telah membaca artikel

Ini Dia Tantangan yang Hadir Ditengah Transisi ke 5G