Ikuti Jejak Singapura, Filipina Pastikan Akuisisi Sistem Hanud Spyder

Setiap negara punya pilihan tersendiri atas sistem pertahanan udara (hanud) yang menjadi tumpuannya. Bila Indonesia telah menjatuhkan pilihan pada sistem hanud NASAMS sebagai perisai wilayah Jakarta, maka Filipina rupanya ingin mengikuti jejak Singapura, yaitu mengadopsi sistem hanud Spyder (Surface-to-air PYthon and DERby) buatan Rafael dan Israel Aircraft Industries (IAI). Pilihan atas Spyder pun telah mendapatkan pengesahan oleh Departemen Pertahanan Filipina dengan anggaran senilai US$48,4 juta.

Baca juga: Satuan Rudal Hanud Teluk Naga – Dari Era SA-2 Guideline Menuju Penggelaran NASAMS

Sebagai operator Spyder nantinya adalah AU Filipina. Mengutip dari asiapacificdefensejournal.com, Menteri Pertahanan Filipina Delfin Lorenzana memang tidak menyebutkan secara spesifik jumlah unit Spyder yang akan didatangkan. Namun, merujuk ke laporan dari MaxDefense Philippines, disebutkan setidaknya Filipina akan mendatangkan tiga baterai Spyder, dimana setiap baterai dapat terdiri empat sampai enam peluncur.

Merujuk ke sejarahnya, Spyder memang dipersiapkan untuk memenuhi kebutuhan militer Israel. Di luar Israel, negara pembeli pertama Spyder adalah Peru (6 peluncur), kemudian diikuti India (18 peluncur), Singapura (12 peluncur) dan Vietnam pada tahun 2015 resmi memilih Spyder untuk memperkuat arhanud-nya.

Ikuti Jejak Singapura, Filipina Pastikan Akuisisi Sistem Hanud Spyder

Aspek peluncur dengan kemampuan hybrid tak pelak menjadi daya jual utama Spyder. Oleh Rafael, Spyder dibuat agar mudah dioperasikan dan mampu merespon multi target dalam satu kesempatan. Dalam satu platform peluncur, Sypder dapat memuat dua jenis rudal hanud yang berbeda, dirancang untuk menggasak sasaran yang terbang rendah dan sasaran dalam medium range.

Dua jenis rudal yang sanggup dilontarkan Spyder adalah Python 5 dan Derby. Python 5 desain awalnya sebagai rudal udara ke udara jarak dekat, yang kemudian digarap Rafael untuk ground based surface to air missile, dan jadilah rudal ini menyandang predikat SHORAD (Short Range Air Defence). Jarak jangkau Python 5 dipatok hingga 15 km, dan mampu melesat sampai Mach 4, atau setara dengan rudal Starstreak yang juga dimiliki Arhanud TNI AD. Untuk menguber sasarannya, Python 5 menggunakan pemandu infrared dan electo optical imaging.

Ikuti Jejak Singapura, Filipina Pastikan Akuisisi Sistem Hanud Spyder

Sementara Derby, ini masuk kategori rudal BVR (beyond visual range), juga varian awalnya adalah rudal udara ke udara. Sekilas desainnya mengingatkan pada rudal legendaries AIM-7 Sparrow. Seperti halnya Python 5, Derby juga punya kecepatan luncur Mach 4, namun sebagai short – medium SAM (surface to air missile), Derby dapat menjangkau sasaran sejauh 50 km.

Dengan pemandu active radar homing lewat frekuensi radio, rudal ini dibekali hulu ledak seberat 23 kg. Yang menarik lagi, baik Python 5 dan Derby saat meluncur tidak mengeluarkan asap, menjadikan rudal ini sulit diketahui secara visual oleh lawan, terutama guna mendeteksi posisi peluncur.

Ikuti Jejak Singapura, Filipina Pastikan Akuisisi Sistem Hanud Spyder

Rafael menawarkan dalam dua versi peluncur, Spyder SR yang didedikasikan untuk short range version dan Spyder MR untuk medium range version. Spyder SR terdiri dari peluncur untuk empat rudal. Sementara versi Spyder MR yang diperkenalkan pada tahun 2006 adalah peluncur untuk delapan rudal. Hebatnya kedua versi peluncur dapat mengkombinasi susunan dua jenis rudal (Python 5 dan Derby) dalam satu aksi.

Baca juga: Typhoon MLS ER – Jawaban Atas ‘Kerinduan’ Hadirnya Sistem Rudal di AL Filipina

Bagi Filipina, tak asing untuk menggunakan rudal buatan Israel, sebelumnya AL Filipina telah mengoperasikan Typhoon MLS ER yang melontarkan rudal Spike ER (Extended Range) buatan Rafael Advanced Defence System. (Gilang Perdana)

Terima kasih telah membaca artikel

Ikuti Jejak Singapura, Filipina Pastikan Akuisisi Sistem Hanud Spyder