
IDI Ungkap Alasan Cacar Monyet Banyak Dikaitkan dengan Seks Gay

Jakarta –
Cacar monyet belakangan ini tengah menghebohkan dunia. Selain kasusnya terus meningkat di sejumlah negara non-endemik, cacar monyet juga resmi ditetapkan sebagai darurat kesehatan global atau Public Health Emergency of International Concern (PHEIC) oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Adapun kelompok gay atau LSL (pria yang berhubungan seks dengan pria) marak disebut-sebut paling berisiko terinfeksi penyakit cacar monyet. Apa sih alasannya?
Ketua Satgas Monkeypox (cacar monyet) PB IDI sekaligus perwakilan Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (Perdoski), dr Hanny Nilasari, SpKK, menjelaskan bahwa memang ditemukan satu studi yang menyebut kelompok gay paling banyak mengalami infeksi monkeypox atau cacar monyet.
Namun secara teori, virus cacar monyet bukan ditularkan melalui hubungan seksual atau STI (sexual transmitted infection). Melainkan karena kontak yang intens antara kulit dengan kulit atau mukosa dengan mukosa. Kondisi itulah yang membuat banyak orang dari komunitas terinfeksi monkeypox.
“Jadi memang ditemukan di satu studi bahwa banyak kelompok gay LSL ini yang mengalami infeksi monkeypox. Secara teori ini bukan infeksi yang ditularkan melalui hubungan seksual atau tidak tergolong STI (seksual transmitted infection). Tapi karena kontak yang intens antara kulit dengan kulit ataupun antara mukosa dengan mukosa, sehingga komunitas ini atau kelompok ini banyak mengalami kondisi infeksi monkeypox,” ucapnya dalam konferensi pers virtual, Jumat (5/8/2022).
“Kalau terkait dengan risiko lebih tinggi tentunya, iya. Karena kontak intens antara mukosa dengan mukosa pada kelompok ini lebih tinggi,” sambungnya lagi.
IDI Ungkap Alasan Cacar Monyet Banyak Dikaitkan dengan Seks Gay
