Fase ‘Berat’ Platform Digital di Masa Resesi Ekonomi

Jakarta, – Isu resesi yang bakal melanda Indonesia diprediksi akan mempengaruhi hampir semua sektor termasuk konsumsi digital dan layanan yang dikembangkan secara digital. Hal itu diungkapkan oleh salah satu pengamat ekonomi digital, Heru Sutadi.
“Jika nanti diumumkan resesi pada bulan depan, ada potensi trafik tetap tidak berimbas turun, akan tetapi daya beli masyarakat anjlok. Pengguna layanan bakal mulai berhemat, layanan berbayar akan disetop untuk dialokasikan ke kebutuhan lainnya yang dinilai lebih penting,” ujar Heru, saat dihubungi , Selasa (29/9).
Penurunan daya beli masyarakat di masa resesi nanti bakal mempengaruhi semua sektor secara merata tak terkecuali konsumsi digital. Menurut Heru konsumsi digital dan layanan yang dikembangkan dengan digital seperti e-commerce, akses internet dan lain sebagainya akan terkena dampaknya.
“Platform digital pada masa resesi ekonomi akan masuki fase berat. Banyak startup yang bertumbangan, meski ada juga yang naik daun seperti startup pinjaman online dan kesehatan. Jadi masa resesi bagi perusahaan digital adalah moment bertahan hidup, tidak melulu soal tumbuh signifikan, bertahan dan selamat dari dampak pandemi dan resesi nanti saja sudah hebat,” tegasnya.
Heru menceritakan kondisi ini akan membaik secara berangsur-angsur, dampaknya akan besar terlebih dahulu, kemudian ekonomi akan berlahan pulih mengikuti pandemi Covid-19 yang kian teratasi, dan vaksin telah diberikan pada masyarakat secara meluas.
Baca juga: 100.000 Pegawai Sektor Ritel Akan Dirumahkan, Dampak PSBB dan Resesi
Sebelumnya pemerintah telah memproyeksikan pertumbuhan ekonomi pada kuartal III/2020 akan terkontraksi lebih dalam, pada kisaran -2,9 persen hingga -1,0 persen, yang artinya Indonesia akan memasuki zona resesi ekonomi.
Sedangkan Proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun ini akan berada pada kisaran -1,7 persen hingga -0,6 persen. Sebelumnya, pertumbuhan ekonomi 2020 diperkirakan -1,1 persen, dengan batas atas masih positif 0,2 persen.