Fakta-fakta Kematian Kepala Onsen Jepang yang Diduga Bunuh Diri


Jakarta –
Kepala penginapan kelas atas Daimaru Besso Jepang, Makoto Yamada, baru-baru ini ditemukan tewas di celah gunung kota Chikushino, Prefektur Fukuoka, pada Minggu (12/3/2023). Pihak kepolisian menduga kematiannya karena bunuh diri.
Sebagaimana diketahui, Yamada merupakan kepala penginapan tradisional berusia 158 tahun Daimaru Besso di Chikushino. Dia berhenti dari perannya sebagai kepala di penginapan tersebut 10 hari sebelum kematiannya. Berikut fakta-faktanya.
Ditemukan Surat Permintaan Maaf
Pihak kepolisian mempercayai kematian Yamada karena bunuh diri. Hal dikarenakan polisi menemukan catatan perpisahan di mobilnya. Dalam surat tersebut, ia meminta maaf dan bertanggung jawab atas segala kesalahan yang diperbuatnya.
“Saya sangat menyesal. Saya merasa bertanggung jawab secara moral atas segalanya. Tolong urus sisanya,” demikian bunyi catatan yang ditemukan polisi di mobil Makoto Yamada, dikutip dari The Straits Times.
Bermasalah dengan Penggantian Air Pemandian
Penginapan Daimaru Besso di Jepang yang dipimpin oleh Yamada saat itu diketahui hanya mengganti air di tempat pemandian air panasnya dua kali setahun atau setiap enam bulan. Padahal, peraturan setempat mewajibkan untuk mengganti air pemandian secara berkala mingguan.
Akibat hal tersebut, sebuah inspeksi yang dilakukan oleh pihak berwenang, menemukan jumlah bakteri Legionella bertambah 3.700 kali lipat dari batas yang ditetapkan.
Legionella sendiri merupakan bakteri penyebab infeksi paru-paru. Bakteri ini memang biasa ditemukan di air, termasuk di antaranya mata air panas. Bakteri tersebut bahkan dilaporkan menyebabkan seseorang masuk ke rumah sakit.
“Pemahaman saya tentang hukum lemah. Saya terlena dengan anggapan bahwa bakteri legionella hanyalah kuman biasa yang bisa ditemukan di mana-mana,” ujar Yamada.
Alasan Mengganti Air Dua Kali Setahun
Dalam konferensi pers, Yamada mengatakan bahwa penginapannya lalai menjaga kebersihan air lantaran bau klorin dan zat pembersih yang tak enak. Adapun menurunnya intensitas penggantian air ini terjadi sejak Desember 2019.
Selain bau klorin, penurunan jumlah tamu selama pandemi COVID-19 juga menjadi salah satu alasan Yamada tidak mengganti air di tempat pemandiannya.
“Saya memberi tahu staf saya bahwa tidak apa-apa untuk tidak mengganti air mandi karena lebih sedikit orang yang menggunakannya,” ungkapnya.
Sebelumnya pihak berwenang telah memberikan peringatan. Namun, pihak penginapan memalsukan dokumen yang mengklaim bahwa klorin telah ditambahkan dalam jumlah yang tepat.